Saat ini, Manajemen Pelaksana Prakerja hanya mampu untuk meminimalisir kemungkinan serta berusaha untuk menutupi celah tersebut dengan memanfaatkan sistem keamanan menggunakan teknologi Face Recognition atau Biometrik Wajah, serta otorisasi kode melalui nomor telepon peserta.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi tim Prakerja yakni adanya keterbatasan akses digital di 16 daerah di wilayah Papua. Kurang meratanya digitalisasi tersebut membuat Prakerja belum mampu menjangkau masyarakat di wilayah paling timur Indonesia tersebut.
Manajemen Pelaksana menjawab permasalahan itu dengan memanfaatkan jejaring alumni Prakerja yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan solidaritas tersebut, para alumni turut membantu menjangkau daerah pelosok yang masih minim akan akses digitalisasi.
Masih ada waktu beberapa bulan ke depan kita akan benar-benar dengan kegigihan untuk mencari teman-teman Prakerja yang daftar dari 16 kabupaten di Papua.
Poduktivitas SDM
Saat sesi diskusi intim dengan para awak media, beberapa dari alumni merasa Skema Normal pada program Prakerja tahun ini lebih efektif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mereka menilai, dengan tersedianya banyak pelatihan offline atau luring, proses pembelajaran bisa lebih interaktif dan efektif.
Amin, salah satu pedagang cakwe, sekaligus alumni Prakerja tahun 2020, menilai para peserta saat ini lebih dimudahkan dengan adanya skema tatap muka dalam proses pembelajaran Prakerja. Berbeda dengan dulu saat ia mengikuti Prakerja secara daring karena terhalang pandemi COVID-19.
Pada kesempatan yang sama, Menko Airlangga meyakinkan para alumni bahwa Prakerja akan tetap dilanjutkan. Bahkan, Program Kartu Prakerja terus dikembangkan, salah satunya melalui skill week yang bisa diikuti oleh alumni Prakerja untuk terus mengembangkan ilmunya.
Bagaimanapun juga Indonesia saat ini mempunyai bonus demografi yang mampu menjadi peluang utama untuk keluar dari middle income trap (MIT). Namun, di balik bonus demografi tersebut, SDM yang dimiliki perlu dipacu lagi produktivitasnya. Salah satu upaya yang mampu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui program Kartu Prakerja.
Menko Airlangga optimistis dengan hal itu, karena program Kartu Prakerja merupakan satu-satunya program bantuan sosial (bansos) pertama yang menggunakan skema pendidikan dan pelatihan, sekaligus merupakan program government to people (G-to-P) yang efektif dalam menjangkau masyarakat secara langsung.
Program ini bisa dikatakan sebagai layanan pertama dari Pemerintah kepada warga atau kepada masyarakat. Program ini juga merupakan e-government pertama di Indonesia, sehingga bisa menjadi contoh dan benchmark pelayanan publik lainnya.