Para perempuan garda depan untuk Indonesia merdeka dari stunting
Selasa, 15 Agustus 2023 7:41 WIB 1506
Meski dibantu dengan para kader-- karena mereka tidak bisa mendapatkan pendanaan dari pusat-- maka kerja para bidan ini akan semakin berat.
Belum lagi ditambah dengan beban administrasi yang harus dipenuhi setiap hari untuk pendataan. Dengan insentif kader yang hanya dianggarkan sebesar Rp400 ribu per tahun, rasanya wajar apabila belum ada kader yang siap sedia apabila dibutuhkan sewaktu-waktu, padahal dari segi kegawatdaruratan, peran mereka sangatlah krusial.
Belum lagi ditambah dengan beban administrasi yang harus dipenuhi setiap hari untuk pendataan. Dengan insentif kader yang hanya dianggarkan sebesar Rp400 ribu per tahun, rasanya wajar apabila belum ada kader yang siap sedia apabila dibutuhkan sewaktu-waktu, padahal dari segi kegawatdaruratan, peran mereka sangatlah krusial.
Peran laki-laki tentu juga diperlukan untuk membantu para perempuan pemberi kehidupan ini. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo kini juga menggalakkan program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) untuk meningkatkan kepedulian para bapak akan gizi anak-anak Indonesia.
Namun, peran tersebut tidak boleh hanya sekadar memberi bantuan makanan dan setelah itu dianggap selesai. Perlu ada upaya untuk membangun kesadaran bahwa urusan gizi dalam keluarga adalah tanggung jawab seumur hidup bagi kedua orang tua, bukan hanya ibu seorang.
Jika para perempuan di garis depan ini bisa mendapatkan rasa aman ketika bekerja untuk masyarakat, bisa dipastikan di masa depan, utamanya dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, Indonesia bisa merdeka dari stunting.