Kota Bengkulu, Bengkulu (ANTARA) - Ecoprinting merupakan teknik mencetak dengan bahan-bahan alami nan ramah lingkungan karena tidak mencemari karena tidak menggunakan material kimia sintetis. Metode cetak ini sangat sederhana yang dapat diaplikasikan pada berbagai media seperti sepatu, kain atau sarana lain.
Penerapan ecoprinting dapat dibuat di atas media kain seperti totebag dan kaos. Hasil akhir pada kain dapat menghasilkan motif yang unik, otentik dan edisi terbatas. Kain cetak ecoprinting akan berbeda satu sama lain karena sekali buat menjadikannya eksklusif.
Baca juga: Dewas ANTARA-Gubernur bahas potensi pengelolaan bursa karbon Bengkulu
Prinsip pembuatan ecoprint dapat melalui kontak langsung antara kain dengan daun, bunga, batang atau bagian lain dari tumbuhan yang mengandung pigmen warna. Terdapat dua metode ecorpinting pada kain, yaitu teknik kukus dan pukul. Teknik pukul lebih mudah dibanding kukus, karena prosesnya lebih singkat serta tidak begitu rumit.
Adapun ecoprinting ini diajarkan pada warga Desa Batu Raja R di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, pada 9-10 Oktober 2023.
Baca juga: Bengkulu harapkan investasi dari China dan ASEAN
Baca juga: Bengkulu gencarkan promosi wisata lewat konten kreatif digital
Pada pelatihan tersebut melibatkan sejumlah unsur warga, Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, Hutan Itu Indonesia dan unsur Universitas Muhammadiyah Jambi (Umjambi) dan UNIQLO.
Penyuluh sekaligus akademisi kampus Umjambi, Arniwita, mengatakan metode cetak ecoprinting dapat diterapkan pada kain serat alami seperti dari kapas, nanas, bambu dan lainnya. Sementara pewarna berasal dari bahan alam, tumbuhan dan bunga hidup.
Dengan ecoprinting juga dapat menggali potensi lokal melalui tumbuhan yang digunakan.
"Kita tekuni ecoprinting ini karena kriya ini eco-friendly (ramah lingkungan), dari hulu hingga hilir ini bisa dimanfaatkan. Dan juga bahannya mengembangkan potensi daerah di Bengkulu. Kita menggali potensi Bengkulu, terdapat daun sematung sangat lebar biasa digunakan masyarakat setempat untuk bungkus nasi dalam acara tradisi daerah," kata dosen Umjambi yang biasa disapa Wita tersebut.
"Kita angkat daun dan bunga lokal menjadi motif ecoprinting. Ada daun ketupa emas yang dimanfaatkan masyarakat daerah untuk pengobatan demam dan sariawan anak... Atau dedaunan serta bunga lokal juga bisa di-eksplore lebih dalam lagi menggali kearifan lokal," lanjut dia.
Adapun sasaran pelatihan ecoprinting tersebut adalah warga Desa Batu Raja R. Kawasan pedesaan ini terletak dengan tempat wisata air terjun Lemo Nakai.
Baca juga: Bengkulu targetkan 30 desa wisata terbentuk di 2023
Baca juga: Danau Dendam Tak Sudah simpan anggrek dengan kesegaran 22 hari
Warga setempat berharap pelatihan ecoprinting tersebut dapat memberdayakan warga setempat memproduksi oleh-oleh kain ecoprinting khas Lemo Nakai yang nantinya dibeli wisatawan air terjun di Bengkulu Utara tersebut.
Harapan itu disampaikan peserta pelatihan ecoprinting Dewi Puspitasari. Ia berharap desanya dapat menghasilkan produk kerajinan tangan yang dapat dijual untuk wisatawan, terutama seni cetak ecoprinting yang menggunakan motif tumbuhan lokal yang menjadi identitas dusun.
"Kami belajar cara bagaimana seperti membatik tapi dengan daun-daunan yang ada getahnya. Sangat ada manfaatnya kita bisa adakan di desa Batu Raja R, kami bikin dari daun-daunan kayak sematung itu dedaunan yang ada di desa dan itu kita biasa pakai untuk bungkus nasi. Semoga warga di sini bisa memproduksi barang kerajinan untuk oleh-oleh wisatawan," katanya.
Fasilitator kegiatan dari Warsi, Teguh Al Ikhsan, mengatakan warga setempat memerlukan sejumlah pelatihan untuk dapat memberdayakan diri secara mandiri. Hanya saja, perlu sejumlah pemicu seperti dengan penyuluhan keterampilan, seperti teknik ecoprinting dan optimalisasi pengelolaan produksi kopi.
Teknik ecoprinting dan intensifikasi produksi kopi, menurut dia, dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat seiring potensi kawasan setempat. Ecoprinting dapat memberdayakan kalangan ibu rumah tangga untuk dapat menghasilkan kerajinan tangan. Sementara optimalisasi produksi kopi menjadi pendekatan pengetahuan kepada warga golongan laki-laki yang umumnya merupakan petani di hutan.
"Kami mendalami kebutuhan mereka serta berupaya melibatkan setiap unsur desa, baik bapak-bapak dan ibu-ibu. Untuk kalangan perempuan lewat ecoprinting. Bagi laki-laki dengan intensifikasi produksi kopi dari hulu hingga hilir, yaitu agar ladang pertanian kopi setempat dapat menghasilkan produk unggul dan meningkatkan jumlah produksinya," kata dia.
"Hal yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kualitas produknya sehingga meningkatkan nilai jual, seperti di hilir di 'coffee shop' di perkotaan," katanya.
Baca juga: HPI Bengkulu latih pemandu wisata untuk tingkatkan kunjungan wisatawan
Baca juga: TNKS Sumsel-Bengkulu awasi pembukaan jalan wisata dalam kawasan
Sementara itu, Wita mengatakan pelatihan sangat bermanfaat ke depan bagi warga Batu Raja R. Produk ecoprinting sebagai kerajinan tangan proses pengerjaannya cenderung lebih rumit dibanding produksi mesin cetak konvensional. Produk yang dihasilkan harganya dapat bernilai ekonomi lebih tinggi dibanding kain produk mesin cetak karena eksklusif dan ramah lingkungan.
Ke depan, kata dia, perlu ada pendampingan agar berkelanjutan agar potensi ecoprinting ini dapat dikonversi agar bernilai ekonomi sehingga meningkatkan kesejahteraan warga.
Wita mengatakan produk ecoprinting dapat menggali kekayaan budaya suatu daerah. Melalui metode cetak ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga tentang "story telling" atau narasi bertutur tentang kearifan lokal melalui keanekaragaman hayati yang disematkan pada media cetak ecoprinting.
Senada, Manager Program Hutan itu Indonesia Diyah Deviyanti mengatakan pelatihan ecoprinting mengambil bahan-bahan alami dan tumbuhan dari Desa Batu Raja R. Menurut dia, ke depan peserta agar tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru tapi juga menyadari potensi dan keunikan flora yang ada di desa mereka.
"Jadi dengan menjaga hutan, ada banyak manfaat alam yang bisa kita rasakan tanpa merusak alam itu sendiri," kata dia.
Baca juga: Bengkulu proyeksikan 46 persen wilayah untuk Folu Net Sink 2030
Baca juga: BPBD Bengkulu minta kecamatan bentuk satuan penanggulangan karhutla
Diyah mengatakan dalam melestarikan hutan perlu kemitraan dengan berbagai pihak, baik instansi pemerintah, swasta dan masyarakat.
Ia mengatakan unsur Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara, ritel fashion UNIQLO dan unsur masyarakat memiliki perhatian terhadap aktivitas berwawasan hijau, salah satunya pelestarian kawasan wisata Lemo Nakai berikut pemberdayaan masyarakat setempat.
Corporate Affairs Director PT Fast Retailing Indonesia (UNIQLO) Irma Yunia mengatakan perusahaannya memiliki komitmen untuk turut menjaga kelestarian hutan di kawasan Lemo Nakai Bengkulu.
"UNIQLO menjadi perusahaan ritel pertama yang melakukan program adopsi hutan, walaupun UNIQLO tidak termasuk dalam industri yang wajib memiliki kegiatan konservasi hutan di Lemo Nakai Bengkulu," kata Irma.
Ia mengatakan UNIQLO mendukung sejumlah aktivitas konservasi hutan Lemo Nakai seperti Program Adopsi Hutan untuk karbon nonmarket. Selain itu, program juga menyasar pemberdayaan warga di sekitar Lemo Nakai agar dapat mandiri secara ekonomi.
Beberapa contoh dukungan UNIQLO pemberdayaan tersebut seperti pelatihan ecoprinting dan intensifikasi pertanian kopi. Muara dari setiap program itu adalah pelestarian ekologi yang sejalan dengan pemberdayaan ekonomi sehingga masyarakat memperoleh pendapatan tanpa perlu merusak hutan.
"Ini termasuk untuk memastikan program konservasi yang dilakukan oleh penjaga hutan dan masyarakat sekitar termasuk program komunikasi yang dilakukan oleh HII, KKI Warsi dapat membantu melestarikan Hutan Lemo Nakai menjaga karbon di dalamnya dan memaksimalkan potensi hutan yang ada," kata dia.