Padang (ANTARA) - Setiap 10 November masyarakat dan bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Peringatan hari bersejarah ini tidak lepas dari perjuangan hebat bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi.
Hampir setiap daerah di Tanah Air mempunyai sosok atau pahlawan yang begitu berjasa dalam memperjuangkan, merebut hingga berhasil mengibarkan Sang Saka Merah Putih dan mengumandangkan Indonesia Raya.
Untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, tentu bukanlah perkara gampang. Harta benda hingga nyawa sekalipun rela dikorbankan demi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca juga: Pemkot ajak warga Bengkulu teruskan cita-cita luhur pahlawan
Dari sejarah panjang kemerdekaan bangsa Indonesia, mungkin masih banyak yang tidak mengenal atau masih asing ketika mendengar nama Rahmah EL Yunusiyyah, terutama generasi terkini.
Rahmah EL Yunusiyyah adalah sosok perempuan dari Tanah Minangkabau yang lahir pada 26 Oktober 1900 di Nagari (desa) Bukit Surungan, Kota Padang Panjang, Sumatra Barat, atau saat masih di era pemerintahan Hindia Belanda.
Anak bungsu dari pasangan Muhammad Yunus Al-Khalidiyah Bin Imanuddin dan Rafia ini berhasil mendirikan sekolah agama Islam perempuan pertama di Indonesia, bahkan di kawasan Asia, yang dinamai Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
Sekolah agama Islam tersebut ia dirikan pada 1 November 1923 dan terus eksis serta telah melahirkan banyak tokoh-tokoh besar hingga tercatat sebagai pahlawan nasional.
Sebut saja H.R Rasuna Said seorang tokoh yang gigih memperjuangkan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, politisi, wartawati hingga dianugerahi sebagai pahlawan nasional oleh negara atas dedikasinya kepada bangsa dan negara.
Rasuna Said yang juga tokoh perempuan asal Tanah Minangkabau tersebut merupakan santri atau lulusan yang menimba ilmu di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Tak hanya di dalam negeri, Menteri Kebajikan Masyarakat Malaysia yakni Tan Sri Aishah Gani juga merupakan alumnus sekolah yang didirikan Rahmah EL Yunusiyyah.
Selain itu, masih banyak lagi nama-nama besar yang lahir dari rahim Diniyyah Puteri Padang Panjang, seperti anggota DPD RI Emma Yohanna, pendiri PT Paragon Technology and Innovation yang bergerak di bidang kosmetik, Nurhayati Subakat dan sederet nama besar lainnya.
Sayangnya, setelah satu abad mendirikan sekolah Islam modern, nama Rahmah EL Yunusiyyah hingga kini belum diakui sebagai pahlawan nasional meskipun berkas pengusulan telah diajukan sejak tiga tahun terakhir.
Baca juga: Jokowi anugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh, berikut daftarnya
Pimpinan Diniyyah Puteri Padang Panjang Fauziah Fauzan El Muhammady yang juga kerabat dari saudara kandung Rahmah EL Yunusiyyah mengatakan telah tiga kali mengajukan tokoh pendidikan asal Sumbar itu sebagai pahlawan nasional.
Dari tiga kali pengajuan, pemerintah baru menganugerahinya dengan Bintang Mahaputera Pratama dan Bintang Mahaputera Adipradana. Kemudian, di 2023 pengusulan itu kembali dilakukan namun belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
"Harapan kita tahun depan (2024) Rahmah EL Yunusiyyah sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional," kata dia berharap.
Pengajuan Rahmah EL Yunusiyyah sebagai pahlawan nasional bukan hanya sebatas untuk mencatatkan namanya di lembaran sejarah bangsa ini. Namun, lebih dari itu, Diniyyah Puteri Padang Panjang ingin mengedukasi anak bangsa bahwa dahulunya ada sosok perempuan tangguh yang lahir dari keluarga kalangan agamis merintis tonggak pendidikan di Indonesia, terutama di Tanah Minang.
Rahmah tidak hanya fokus pada masalah kesetaraan atau kemajuan pendidikan. Ia juga ikut berjuang langsung mengusir penjajah dari Indonesia. Bahkan, turut serta memelopori pembentukan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Kota Padang Panjang, termasuk menjamin seluruh perbekalan dan membantu pengadaan alat senjata.
Tidak sampai di situ saja, perempuan Minang yang mendapatkan gelar kehormatan Syekhah dari Universitas Al-Azhar tersebut juga peduli dengan masalah kesehatan masyarakat. Sebab, semasa hidup, Rahmah juga berkiprah sebagai bidan atau ahli kesehatan.
"Rahmah El Yunusiyyah ini kami harapkan menjadi contoh bagi perempuan masa kini yang lebih kuat, mandiri dan lebih siap menghadapi tantangan," kata Fauziah.
Di mata alumni
Sebagai ulama, pendidik, tokoh pergerakan dan perjuangan, Rahmah El Yunusiyyah telah banyak melahirkan nama-nama hebat. Salah satu alumni yang beruntung mendapatkan langsung pendidikan, bimbingan dan arahan langsung dari Rahmah ialah Emma Yohanna.
Emma yang juga senator asal Sumbar mengaku sangat beruntung bisa menyaksikan langsung bagaimana pendiri Diniyyah Puteri tersebut mendidik, mengajari, mengayomi setiap santri untuk menjadi manusia yang berakhlak dan berbudi pekerti.
Saat awal masuk ke pondok pesantren khusus putri tersebut, Emma tidak manampik ia sempat menolak dan diselimuti rasa keterpaksaan untuk menuntut ilmu di sekolah itu.
Apalagi, hampir 24 jam dalam sehari setiap santri ditempa langsung oleh Rahmah El Yunusiyyah dengan pendidikan yang begitu ketat dan tegas. Berjalannya waktu, ia mulai merasakan bahwa pendidikan di sekolah itu telah mengajarkan sesuatu yang selama ini tidak pernah ia dapatkan.
Baca juga: Presiden: Canangkan tekad isi kemerdekaan dengan perangi kemiskinan
"Saya merasakan langsung bagaimana pendiri Diniyyah Puteri mendampingi, mendidik dan memberikan kami pelajaran yang sangat bermanfaat," kata Emma
Dengan kontribusi pemikiran, perjuangan, materi dan nonmateri yang dilakukan Rahmah El Yunusiyyah, bahkan sampai menginspirasi Universitas Al Azhar untuk membuka fakultas khusus perempuan, sudah selayaknya disematkan untuknya sebagai pahlawan nasional.
Sebagai seorang senator sekaligus alumni, Emma menyatakan siap mengawal dan membantu pengusulan pendiri Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang Rahmah El Yunusiyyah sebagai pahlawan nasional.
Usulan sebagai pahlawan nasional wajib dilakukan mengingat peran besar Rahmah El Yunusiyyah terhadap kemajuan dunia pendidikan di Tanah Air.
Sementara itu, Wakil Presiden RI Ke-10 dan 12 Muhammad Jusuf Kalla mengatakan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang telah berhasil mendidik dan melahirkan puluhan ribu perempuan hebat, hingga mengabdi kepada bangsa dan negara.
Jusuf Kalla yang juga beristrikan perempuan Minangkabau tersebut mengaku kagum dengan hebatnya pola pikir masyarakat Minang. Sebab, 100 tahun lalu, atau sebelum Indonesia merdeka sudah ada pemikiran untuk memajukan sumber daya manusia lewat Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
Baca juga: Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-59, Kemenkumham Bengkulu gelar tabur bunga di makam pahlawan
Padahal, jika ditelisik ke belakang, kondisi 100 tahun sebelumnya atau saat awal berdirinya perguruan itu, Kota Padang Panjang tentunya masih penuh dengan keterbatasan. Tapi, dengan semangat perjuangan lahirlah Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang,.
Bahkan, secara pribadi, JK yang juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) ini mengaku bangga karena kerabat istrinya juga mengenyam pendidikan di perguruan Islam modern tersebut.
Menurutnya Kota Padang Panjang patut berbangga karena 100 tahun lalu sudah berdiri sebuah institusi pendidikan yang maju di kota berjuluk Serambi Makkah tersebut. Sementara, di sejumlah negara seperti Afganistan masih harus berjuang dari kemelaratan dan kemiskinan.
Senada dengan itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengemukakan bahwa kehadiran Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang dan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya, merupakan wujud dari perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia sekaligus upaya mencerdaskan anak bangsa.
Artinya, lembaga-lembaga pendidikan Islam yang lahir pada awal abad Ke-20 menjadi bukti sejarah yang nyata bahwa kontribusi umat islam untuk Indonesia sungguh melekat dengan nilai-nilai ke-Indonesiaan.
Haedar berharap pemerintah dan berbagai lembaga kenegaraan harus menempatkan lembaga pendidikan swasta khususnya yang lahir dari pergerakan sosial kemasyarakatan seperti Diniyyah Puteri Padang Panjang agar memperoleh tempat dalam mengambil kebijakan negara.
Jangan sampai ada diskriminasi kebijakan yang menempatkan lembaga pendidikan swasta yang lahir dari pergerakan, seakan-akan menjadi beban dalam pendidikan dan sistem pendidikan nasional.
Baca juga: Menpora: David Jacobs adalah pahlawan olahraga
Dari sejarah panjang Indonesia yang diperjuangkan oleh anak-anak bangsa lewat berbagai cara termasuk mencerdaskan generasi penerus, maka sudah sepatutnya mereka mendapatkan tempat dan penghargaan yang tertinggi, tidak terkecuali bagi sosok Rahmah El Yunusiyyah.
Sebab, bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang demi tegaknya NKRI, berkibarnya bendera merah putih serta berkumandangnya Indonesia Raya.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
Pahlawan pendidikan itu bernama Rahmah EL Yunusiyyah
Jumat, 10 November 2023 14:06 WIB 1480