Mukomuko (ANTARA) - Pejabat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengusulkan agar masyarakat di Kecamatan Kota Mukomuko mengaktifkan lagi empat tempat pembuangan sementara (TPS) sampah untuk mencegah sampah berserakan di sembarangan tempat.
"Pemkab sudah membuat empat TPS sampah di tiga kelurahan dan satu desa, tapi ditutup oleh masyarakat, sekarang sampah berserakan, solusinya aktifkan lagi TPS sampah," kata Kabid Pengolahan Sampah, Limbah B3 dan Pengendalian Pencemaran Dinas Lingkungan hidup Kabupaten Mukomuko Agus Suardi di Mukomuko, Minggu.
DLH Mukomuko usulkan empat TPS sampah diaktifkan lagi
Minggu, 12 November 2023 18:00 WIB 621
Ia mengatakan hal itu menanggapi keluhan masyarakat terkait sampah rumah tangga yang berserakan di sembarangan tempat di wilayah Kecamatan Kota Mukomuko.
Sebanyak empat TPS sampah tersebut berada dekat pasar tradisional Kelurahan Koto Jaya, Kelurahan Pasar Mukomuko, Kelurahan Bandar Ratu, dan Desa Ujung Padang.
Akibat empat TPS sampah ditutup masyarakat, katanya, kini jumlah tumpukan sampah khusus sampah rumah tangga masyarakat di wilayah ini semakin banyak karena masyarakat tidak ada punya tempat lagi untuk membuang sampah.
Sementara tugas tim kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup mengangkut sampah di TPS sampah bukan sampah dari rumah ke rumah dan bukan pula sampah yang berserakan di trotoar jalan.
Terkait sampah yang dulunya pernah berserakan di TPS sampah di wilayah ini, ia mengatakan, yang membuat sampah berserakan itu karena tidak rutinnya petugas kebersihan mengangkut sampah di TPS sampah.
Menurutnya, keinginan mengaktifkan TPS sampah tersebut tergantung dengan niat masyarakat, selain itu instansinya akan melihat regulasi dan memanggil camat, tiga lurah, dan satu desa.
Di Desa Ujung Padang sudah ada jawabannya mereka punya BUMDes yang akan mengelola sampah dan tiga kelurahan pengelolaan sampahnya diserahkan melalui dinas.
Ia menjelaskan, yang menjadi konflik sekarang ini adalah sampah rumah tangga yang sebenarnya bukan tugas tim DLH.
"Kalau kami mengambil sampah rumah tangga di jalan dua jalur maka muncul kecemburuan sosial karena mengapa sampah rumah tangga di jalan dalam tidak diambil, ini menjadi satu konflik," demikian Agus.