Bahkan pada 2023 Lampung mengekspor nanas segar ke Tiongkok senilai Rp39,8 miliar dengan volume ekspor 4.176 ton. Sepanjang tahun ini 80 kontainer nanas diekspor secara bertahap.
Meski begitu, ekspor nanas bukan tanpa persoalan, khususnya di Eropa, yakni tingginya bea masuk nanas ke Benua Biru itu.
Di Eropa bea masuk nanas dari Indonesia mencapai 16 persen. Di Turki bea bahkan lebih tinggi lagi, 58 persen. Bea masuk itu menjadi salah satu persoalan ekspor nanas. Padahal di negara lain, bea masuk nanas di luar Eropa bisa minimum, bahkan hingga nol persen seperti di Filipina.
Tingginya bea masuk nanas ke beberapa negara menjadi perhatian Kementerian Perdagangan RI dan berjanji akan ikut mengatasi hambatan itu.
Salah satu caranya dengan mempercepat perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Partnership Agreement (IEU CEPA).
IEU CEPA adalah sebuah perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa. Perjanjian ini nantinya membahas berbagai aspek hubungan ekonomi secara menyeluruh.
Bagi Indonesia, penghapusan tarif preferensi melalui IEU-CEPA akan memberikan kesempatan kepada para eksportir untuk mempertahankan akses produk mereka ke pasar Eropa.
Target Pemerintah, lewat perjanjian itu bea masuk nanas negara-negara Eropa bisa nol persen dan ini pun berlaku untuk komoditas ekspor lainnya.
Selain itu, Pemerintah juga menjanjikan akan memperluas pasar ekspor nanas di Asia. Salah satu negara yang baru-baru ini ditembus sebagai negara tujuan ekspor yakni Tiongkok, yang memiliki populasi 1,4 miliar jiwa dengan potensi serap jutaan ton/tahun.
Permintaan nanas segar Lampung sebanyak 4.176 ton itu menandakan minat Tiongkok cukup tinggi.
Perdagangan global yang makin terbuka menjadikan nanas madu asal Lampung kian melambung dan menembus pasar berbagai negara.