Kupang (Antara) - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Aris Merdeka Sirait menyatakan, pihaknya kecewa karena secara nasional pemerintah tidak merayakan kegiatan untuk memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2015.
"Saya kecewa padahal angka kekerasan terhadap anak di Indonesia sangat tinggi, bahkan banyak remaja-remaja kita di Indonesia yang dijual ke luar untuk diperlakukan secara tidak manusiawi di negara orang," katanya kepada pers dalam workshop Perlindungan Anak dengan gereja-geraja di Kupang, Kamis.
Aris menjelaskan, anak-anak di Indonesia hanya membutuhkan satu hari, yakni hari ini bertempatan dengan Hari Anak Nasional, untuk berseru berkaitan dengan hak-hak yang harus anak-anak tersebut peroleh.
Ketua KOmnas PA mengaku merasa terluka dengan tidak adanya kegiatan secara nasional tersebut.
"Anak-anak Indonesia tidak memerlukan perayaan hari anak ditunda. Mereka hanya perlu disapa oleh pejabat-pejabat kita. Mereka membutuhkan perlindungan dari pemerintah," tuturnya.
Terkait kedatangannya ke ibu kota provinsi kepulaun tersebut, ia mengaku lebih memilih NTT karena dari yang ia ketahui masalah kekerasan terhadap anak di NTT sangat tinggi. Bahkan menurut data NTT berada di urutan ke lima.
"Saya jauh-jauh dari Jakarta untuk menghadiri kegiatan Hari Anak Nasional di sini. Dan kemarin sudah dilakukan Deklarasi 5.000 anak yang dihadiri oleh 5.000 anak dari seluruh wilayah NTT," katanya.
Ia mengharapkan pemerintah setempat khususnya Pemerintah NTT bisa bersama-sama mencegah maraknya aksi-aski kekerasan yang terjadi di NTT, seperti, trafficking, penganiayaan serta hal-hal yang berkaitan dengan kekerasan terhadap anak.***4***