“Ketika mereka memberi tahu kami mengenai rencana mereka di Rafah, itu memang termasuk pergerakan di sepanjang koridor tersebut hingga keluar ke kota untuk memberikan tekanan pada Hamas di kota tersebut,” ujarnya.
Kirby mengatakan dirinya tidak bisa memastikan apakah pasukan Israel memang betul sudah merebut koridor tersebut.
Namun, ujarnya, pergerakan tentara Israel di sepanjang koridor itu tidak mengejutkan AS.
Baca juga: Selebritis dan warga dunia serukan "All Eyes on Rafah". Palestina segera merdeka?
“... pergerakan mereka sesuai dengan apa yang kami pahami tentang rencana mereka untuk memburu Hamas dengan melakukan penargetan secara terbatas, bukan dengan cara yang terkonsentrasi,” katanya, menambahkan.
Tentara Israel mengatakan pasukannya berlokasi di sebagian besar Koridor Philadelphi, kecuali wilayah kecil di dekat pantai dan Tel al-Sultan di Rafah barat.
Ketika ditanya tentang laporan bahwa amunisi buatan AS digunakan dalam serangan mematikan terhadap sebuah kamp pengungsi Palestina di Rafah, Kirby merujuk pada pernyataan militer Israel (IDF).
“Saya tidak bisa memastikan apakah GBU-39 yang mengirimkan muatan bom itu atau tidak. Soal itu harus ditanyakan langsung kepada IDF,” tutur Kirby.
Baca juga: Norwegia, Irlandia dan Spanyol resmi akui negara Palestina
Analisis rekaman video dan tinjauan oleh para ahli senjata peledak, yang berbicara kepada CNN, mengungkapkan bahwa amunisi yang diproduksi di AS digunakan dalam serangan udara mematikan Israel akhir pekan lalu.
Serangan Israel itu menewaskan lebih dari 45 korban.
Dalam satu video di media sosial, yang dipastikan berada di lokasi yang sama dengan mencocokkan detail seperti tanda pintu masuk kamp dan ubin tanah, ekor bom berdiameter kecil (SDB) GBU-39 buatan AS terlihat.
Kesimpulan itu diambil oleh empat orang ahli yang meninjau rekaman tersebut.
Sumber: Anadolu