Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Hanif Dhakiri mengingatkan mantan politikus PKB yang saat ini menjadi kader Partai NasDem, Effendy Choirie, untuk mengurus partainya sendiri.
"Effendy Choirie kan pengurus Partai NasDem. Ya uruslah partai sendiri. Ngapain ikut obok-obok PKB? Enggak etis itu. Bisa merusak hubungan antarpartai," kata Hanif dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
"Effendy Choirie kan pengurus Partai NasDem. Ya uruslah partai sendiri. Ngapain ikut obok-obok PKB? Enggak etis itu. Bisa merusak hubungan antarpartai," kata Hanif dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Menurut Hanif, perilaku Effendy yang mengurusi PKB dengan memenuhi undangan PBNU pada Rabu (7/8), bisa dilaporkan kepada Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
"Nanti kami laporkan ke Bang Surya Paloh selaku Ketum NasDem, biar dikenakan disiplin partai," ujarnya.
Sementara itu, Hanif mengamini pernyataan Effendy soal PKB dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tidak memiliki hubungan struktural.
"PKB dan PBNU adalah entitas berbeda. PKB partai politik yang dipayungi Undang-Undang Partai Politik, NU organisasi kemasyarakatan yang dipayungi UU Ormas. Masing-masing memiliki kedaulatan organisasi, punya AD/ART sendiri, serta punya tugas dan tanggung jawab sendiri," katanya.
Oleh sebab itu, Hanif mengingatkan Effendy agar jangan saling ganggu, tetapi harus saling menghormati, seperti yang ditegaskan Wakil Presiden Ma'ruf Amin sebagai salah satu pendiri PKB.
Hanif mengaku bingung melihat PBNU saat ini. Ia juga sama sekali tidak mengetahui mengenai kesalahan PKB, sehingga diperlakukan oleh PBNU melalui pembentukan panitia khusus yang mengurus hubungan kedua lembaga.
"Saya juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan PBNU di bawah pimpinan mereka berdua (Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf), sehingga NU terbelit banyak masalah, lalu muruah dan citranya jatuh di mata publik," katanya.
Hanif berpendapat bahwa baik Ketua Umum maupun Sekjen PBNU rajin berkampanye mengenai peradaban dan perdamaian, tetapi memantik perpecahan antarsesama warga NU.
"Katanya mau high politics, tetapi malah sibuk mengurus politik praktis dan mau merusak PKB. Ini kan paradoks dan ironis. Saya tidak bisa membayangkan sedihnya para muassis (pendiri) NU melihat kenyataan NU saat ini," ucap Hanif.