Doha (ANTARA) - Hamas dan Israel telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza setelah melewati upaya mediasi intensif oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, demikian diumumkan Perdana Menteri Qatar pada Rabu (15/1).
Kesepakatan itu mencakup fase awal penghentian pertempuran di Gaza, yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan, selama 42 hari.
Militer Israel akan menarik pasukannya dari area-area padat penduduk ke pinggiran Gaza, sehingga memungkinkan pengungsi Palestina kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza.
Bantuan kemanusiaan akan diizinkan masuk. Sebanyak 600 truk akan memasuki Gaza setiap harinya, termasuk 50 truk di antaranya yang mengangkut bahan bakar yang sangat dibutuhkan untuk memulihkan aliran listrik di wilayah tersebut, lapor stasiun berita milik pemerintah Israel, Kan TV.
Baca juga: PBB desak pengembalian harapan perdamaian di Gaza untuk 2025
Baca juga: Hampir 1.100 bayi tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak 2023
Dalam sebuah konferensi pers, PM sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengumumkan bahwa Israel dan Hamas sepakat akan melakukan pertukaran sandera dan tawanan serta menciptakan ketenangan yang berkelanjutan, yang bertujuan untuk mewujudkan gencatan senjata permanen.
Pelaksanaan kesepakatan ini dijadwalkan berlaku pada Minggu (19/1), dengan Hamas membebaskan 33 sandera sebagai ganti tawanan Palestina pada fase pertama.
Rincian fase selanjutnya akan diumumkan kemudian.
Baca juga: Gencatan senjata akhiri serangan Israel ke Gaza resmi tercapai
Baca juga: Hamas: Gencatan senjata adalah "titik balik" perjuangan kami