Jakarta (Antara) - London School of Public Relations (LSPR) Jakarta dan ASEAN meresmikan pusat kajian ASEAN untuk autisme atau Centre for ASEAN Autism Studies (CAAS).
Peresmian tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Jose Tavares dan Founder and Director LSPR Jakarta Prita Kemal Gani di Kampus LSPR di Jakarta, Jumat.
"Tujuan pendirian CAAS ini untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan tentang autisme di lingkungan ASEAN," kata Prita.
Selain itu, kata dia, CAAS tersebut dibentuk untuk menjadi lembaga "think thank" dan berbagi informasi tentang autisme yang dapat dijadikan referensi bagi pemerhati autisme, keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan autisme, akademisi, dokter, terapis, nutrisionis dan media.
CAAS juga diharapkan dapat berperan melakukan berbagai macam kegiatan meliputi penelitian, pendidikan, pengabdian masyarakat seperti konsultasi, workshop, seminar, diskusi, bedah buku dan publikasi.
Sementara itu, Head of CAAS Yuliana Riana mengatakan aktivitas utama dari CAAS ke depan adalah melakukan kegiatan penelitan Autism and Communication dalam ruang lingkup Health Communication for Austism dan Media and Disability Studies serta melakukan publikasi seperti peluncuran buku, jurnal dan infografik.
"Sebagai aktivitas pertama dari CAAS pada hari ini juga diadakan pameran foto mengenai kegiatan edukasi dan penelitian yang telah dilakukan oleh LSPR Jakarta sebagai bukti keseriusan ikut serta berperan aktif dalam kajian austisme," ujarnya.
Ia menjelaskan kepedulian LSPR terhadap autisme sebenarnya sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu dengan mendirikan London School Centre for Autism Awareness (LSCAA) sebagai bagian dari kegiatan CSR terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
"Berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan oleh LSCAA seperti acara tahunan Autism Awareness Festival, Workshop for Parents, pembuatan produksi film pendek 'Saudaraku Berbeda', teachers training, dan masih banyak lagi," ucap Yuliana.
Sampai saat ini, kata dia, LSCAA telah memberikan pelatihan kepada 5.028 guru yang mewakili 1.616 Sekolah Dasar se-Jabodetabek.
Sedangkan pemutaran film "Saudaraku Berbeda" telah dilakukan di 24 sekolah dan ditonton oleh 3.131 siswa. ***4***