Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang yang juga Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar (kurs) Rupiah berpotensi melemah karena kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) yang akan diberlakukan mulai 2 April 2025.
“Rupiah masih berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS karena kebijakan tarif Trump (Presiden AS Donald Trump) yang akan diberlakukan mulai 2 April 2025,” katanya kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Trump pada Minggu (16/3) mengulangi ancamannya tentang tarif timbal balik dan sektoral yang akan dikenakan mulai 2 April, sebuah langkah yang secara luas diperkirakan akan meningkatkan perang dagang global yang sedang terjadi.
Kendati begitu, pasar tak yakin seberapa besar Trump akan berkomitmen terhadap rencana penerapan tarif tersebut, mengingat ia telah mengubah langkah-langkah terhadap Kanada dan Meksiko pada awal bulan ini.
Untuk menghadapi berbagai kemungkinan, Tiongkok dan Uni Eropa telah mempersiapkan balasan terhadap AS dan diperkirakan bakal memberlakukan tindakan lebih ketat terhadap tarif timbal balik Trump.
“Pasar khawatir akan dampak negatif pengenaan tarif baru ini,” ungkap dia.
Selain itu, tensi geopolitik yang meningkat di Timur Tengah turut menambah kekhawatiran pasar.
Pada pagi ini, indeks dolar AS bergerak naik ke area 104,10 pagi ini, setelah pada pagi akhir pekan kemarin masih bergerak di kisaran 103.
“Potensi pelemahan Rupiah ke arah hari ini ke arah Rp16.550, dengan potensi support di sekitar Rp16.400,” ungkap Aris.
Nilai tukar Rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin pagi di Jakarta melemah sebesar 2 poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.504 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.502 per dolar AS.