Kota Bengkulu (ANTARA) - Serangan brutal Israel kembali mengguncang Jalur Gaza. Dalam 72 jam terakhir, tentara Israel menewaskan sedikitnya 106 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, di tengah upaya gencatan senjata yang sedang berlangsung dan seruan perdamaian dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, sebanyak 143 serangan udara dan artileri Israel dilancarkan sejak Sabtu lalu, menyasar kawasan padat penduduk serta tempat pengungsian warga yang terlantar. Dari total korban tewas, 65 orang berasal dari Kota Gaza, menjadikannya wilayah dengan jumlah korban terbanyak dalam tiga hari terakhir.
“Serangan Israel merenggut nyawa 106 orang, termasuk wanita dan anak-anak,” demikian pernyataan resmi Kantor Media Pemerintah Gaza pada Senin malam waktu setempat.
Pada hari yang sama, Presiden AS Donald Trump meminta Israel untuk “berhenti mengebom Gaza segera,” setelah kelompok Hamas menyatakan tanggapan positif terhadap rencana gencatan senjata yang diusulkannya. Namun, seruan tersebut diabaikan oleh Israel yang terus melanjutkan serangannya ke berbagai wilayah di Gaza.
Pemerintah Gaza mengecam tindakan Israel sebagai “kejahatan genosida yang terus berlangsung terhadap rakyat Palestina dan menegaskan bahwa hal itu menunjukkan bahwa Israel sama sekali mengabaikan berbagai seruan dunia internasional untuk menghentikan kekerasan dan mewujudkan perdamaian,” demikian dikutip Anadolu.
Pemerintah juga meminta AS dan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan serius, efektif, dan mendesak untuk menghentikan agresi dan mengkonsolidasikan arti sebenarnya dari menghentikan perang di Jalur Gaza.
Sementara itu, delegasi Israel dan Hamas telah memulai negosiasi tidak langsung di Sharm el-Sheikh, Mesir, pada Senin, di bawah rencana 20 poin Trump. Rencana tersebut mencakup pembebasan tawanan Israel dalam waktu 72 jam setelah persetujuan gencatan senjata, penghentian agresi, serta perlucutan senjata Hamas.
Sejak Oktober 2023, militer Israel telah menewaskan lebih dari 67.100 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Serangan tanpa henti tersebut telah menghancurkan infrastruktur Gaza, menyebabkan kelaparan, wabah penyakit, dan perpindahan massal. Wilayah itu kini berada di ambang kehancuran total dan dinilai tidak layak hunioleh lembaga kemanusiaan internasional.
