Surabaya (Antara) - Kepolisian Sektor (Polsek) Tegalsari Surabaya menangkap bapak dan anak kandungnya, menindaklanjuti laporan terkait keduanya yang bersama-sama telah melakukan penganiayaan terhadap seorang janda.
Kepala Polsek Tegalsari Komisaris Polisi David Triyo Prasojo, kepada wartawan di Surabaya, Selasa, mengungkap sang bapak berinisial BS, usia 58 tahun, dan anak kandungnya AW (27), yang sama-sama tinggal di Jalan Kedondong Kidul Gang 3 Surabaya.
Sedangkan korbannya adalah Siti Marfiah, seorang janda berusia 40 tahun, yang tinggal di Jalan Pandegiling Gang 5 Surabaya.
Janda beranak satu itu babak belur setelah bergantian dihajar menggunakan balok kayu oleh bapak dan anak ini.
David mengatakan Siti dihajar saat sedang pulas tidur di rumahnya.
"Akibat penganiayaan itu korban harus diopname di rumah sakit karena mengalami luka memar di tangan dan lengan bagian kanannya. Selain itu bagian belakang kepalanya robek, serta menyisakan lebam di mata kanannya," ujarnya.
Bapak dan anak ini, lanjut dia, sempat kabur selama delapan hari setelah melakukan penganiayaan. "Hingga akhirnya kami tangkap satu persatu tanpa perawanan," ucapnya.
Hasil penyelidikan terungkap motif keduanya melakukan penganiayaan karena sakit hati.
Siti diketahui sehari-harinya melakoni profesi pekerja malam di Kafe Makassar, Jalan Kayoon Surabaya, dan kerap diantar-jemput oleh BS.
Malam sebelum penganiayaan terjadi, Siti minta dijemput, dan BS meminta tolong anaknya, AW, untuk menjemputkannya di Kafe Makassar.
Namun saat AW tiba di Kafe Makassar, Siti sudah tidak ada. Dihubungi ponselnya juga tidak menjawab.
AW pun mengumpat pada ayahnya. "Lantas keduanya bersama-sama mendatangi rumah Siti sambil membawa balok kayu dan bergantian memukulinya," kata David, memaparkan.
BS, yang mengaku tidak mempunyai hubungan asmara dengan Siti, kepada polisi berdalih harus melakukan penganiayaan karena merasa harga dirinya sudah diinjak-injak.
"Masak sudah ditolong malah membohongi, membuat saya sakit hati," katanya. Sebenarnya, BS menambahkan, tidak ingin melibatkan anaknya. "Anak saya ikut menganiaya karena tidak terima ayahnya dibohongi," ucapnya. ***2***