Bengkulu (ANTARA) - Gerakan Pecinta Alam (KPA) Gendong Bengkulu menilai ekosistem mangrove di pesisir Kota Bengkulu perlu dipertebal mengingat wilayah ini masuk dalam zona merah rawan gempa bumi dan tsunami.
“Ekosistem mangrove ini berfungsi sebagai sabuk hijau atau benteng alami untuk mengamankan wilayah daratan dari tsunami dan abrasi,” kata Ketua KPA Gendong Adventure Bengkulu, Fakar Rudin di Bengkulu, Sabtu.
Ia mengatakan kondisi wilayah Bengkulu yang berada di kawasan zona merah gempa bumi dan tsunami membuat GPA Gendong sejak 2015 rutin melaksanakan kegiatan penanaman mangrove di pesisir Bengkulu.
Tidak hanya berfungsi sebagai pemecah ombak, ekosistem mangrove juga penting untuk perkembangbiakan berbagai biota laut seperti kepiting dan udang.
Kawasan yang dihijaukan komunitas ini berada di pesisir muara Sungai Air Hitam, Kota Bengkulu yang sudah ditanami ribuan bibit mangrove sejak April 2019.
Untuk meningkatkan ketebalan mangrove di pesisir ini, Gendong Adventure akan mengadakan penyulaman mangrove dalam rangka hari pohon sedunia dengan tema “Tanam Tumbuh bukan Tanam Tinggal”.
“Mangrove ini adalah kawasan esensial bagi ekologi dan perekonomian nelayan jadi kami mendesak pemerintah untuk melindungi ekosistem mangrove yang masih ada,” ucapnya.
Ia pun menyinggung tentang pembabatan 10 hektare mangrove di kawasan pesisir Pantai Teluk Sepang yang dibabat untuk mendirikan proyek PLTU batu bara.
Mangrove Bengkulu perlu dipertebal
Sabtu, 23 November 2019 17:29 WIB 3655