Bengkulu (ANTARA) - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Bengkulu mendorong pemerintah membangun industri hilir karet seperti untuk bahan baku aspal dan bahan bakar nabati (BBN).
"Kami mendorong pemerintah untuk mendirikan industri hilirisasi pengelolaan karet di Bengkulu," kata Ketua Gapkindo Bengkulu, Azwardi Prasetia di Bengkulu, Rabu.
Ia menambahkan bahwa produksi karet nasional dalam kurun waktu lima tahun terakhir cukup besar yaitu di atas 3,3 juta ton sedangkan untuk harga karet dalam lima tahun terakhir terus mengalami penurunan hingga Rp7 ribu per kilogram (kg).
Azwardi mengatakan bahwa daya serap karet untuk industri ban hanya 70 persen.
Untuk mewujudkan industri berbasis karet, pemerintah harus konsistensi terhadap kebijakan hilirisasi hasil perkebunan karet menjadi produk yang bernilai tambah, seperti pengembangan bahan bakar nabati berbasis karet dan pemanfaatannya di dalam negeri sebagai bahan bauran energi yang berdaya saing.
"Kami minta dukungan dari pemerintah agar ada kebijakan hilirisasi hasil perkebunan karet menjadi BBN, karena karet ini termasuk kategori tanaman bioenergi multiguna," ujarnya.
Lanjut Azwardi, pemanfaatan karet menjadi bahan bakar nabati dilakukan sebab komoditas ini merupakan tanaman perkebunan yang produksinya sudah surplus tetapi tidak semuanya terserap oleh pasar.
Ia menjelaskan bahwa biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100 persen (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu seperti B20 dan B30.
Begitu pula dengan pemanfaatan biji karet yang sangat terbuka lebar untuk menjadi campuran bahan bakar sebab kandungan minyak di dalam daging biji karet mencapai 45,63 persen.
Gapkindo Bengkulu dorong hilirisasi komoditas karet
Rabu, 22 Januari 2020 20:57 WIB 2681