Kota Bengkulu (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu, Provinsi Bengkulu mencatat selama libur Idul Fitri 1446 Hijriah terjadi peningkatan volume sampah sebesar 80 persen jika dibandingkan dengan hari biasanya.
"Memang benar terjadinya meningkatkan volume sampah selama libur lebaran yang hari biasanya yaitu 400 ton, sedangkan selama libur lebaran ini capai 700 ton per hari," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bengkulu Riduan di Bengkulu, Kamis.
Ia menyebutkan, meningkatnya volume sampah selama libur lebaran salah satunya berasal dari sampah di objek wisata yang ada di Kota Bengkulu seperti Pantai Panjang, Pantai Jakat dan lainnya.
Peningkatan sampah tersebut mulai terjadi sejak H-10 jelang Idul Fitri, khususnya peningkatan sampah yang berasal di pasar tradisional seperti Pasar Panorama, Pasar Minggu dan Pasar Tradisional Modern (PTM) di Kota Bengkulu.
Untuk jenis sampah yang paling banyak ditemukan terdiri atas bungkus makanan, sisa-sisa parcel, termasuk beberapa perabotan rumah tangga seperti kursi dan lainnya.
"Sampah yang paling banyak di pasar dan pantai, yang paling tinggi itu sejak lebaran ini beberapa hari ini. Kalau sejak awal puasa kemarin jumlah sampah masih batas normal paling peningkatan sekitar 10 persen per hari," terang dia.
Guna mengatasi peningkatan sampah itu, DLH Kota Bengkulu telah menurunkan tim seperti penyapu jalan, maupun truk pengangkut untuk bekerja sejak H-1 lebaran sampai sekarang.
DLH Kota Bengkulu mengimbau kepada masyarakat menjaga kebersihan, khususnya di area wisata maupun pasar sudah dilengkapi dengan bak sampah yang memadai, sehingga bisa membuang pada tempatnya. Kemudian diminta juga tidak membuat TPA liar di sembarang tempat karena dengan adanya TPA liar akan mengganggu ketertiban warga setempat.
Selain itu, Pemkot Bengkulu juga mengajak seluruh masyarakat di wilayah tersebut untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah melalui LPM dengan memanfaatkan subsidi silang bagi masyarakat tidak mampu.
"Sampah ini perlu partisipasi masyarakat, apa partisipasinya mohon masyarakat untuk bekerja sama dengan LPM setempat, sebab LPM sudah menunjuk pihak ketiga yang memungut sampah di rumah, cukup diletakkan di depan pagar maka setiap pagi ada yang mengambilnya," sebut Wali Kota Bengkulu Dedy Wahyudi.
Ia menyebutkan, subsidi silang yang dimaksud yaitu masyarakat kurang mampu tidak perlu membayar iuran pengelolaan sampah yang dikelola oleh lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dengan biaya Rp20 hingga Rp30 ribu, sebab masyarakat yang mampu tidak keberatan untuk membayar Rp50 hingga Rp100 ribu per bulan.
Dengan melibatkan LPM, dapat menumbuhkan kesadaran akan kebersihan di masyarakat dengan kembali mengaktifkan program Bengkulu Bisa (bersih, indah, sejuk dan aman).
Dengan adanya gotong royong tersebut, masyarakat dapat membantu pemerintah dalam mengelola sampah di Kota Bengkulu.