Korea Selatan kini tidak hanya menjual budaya populer yang kemudian dikenal dengan K-Pop dan produk ikutannya, seperti kosmetik dan pakaian, melainkan juga sejumlah lokasi wisata.
Bahkan lokasi yang sepintas menakutkan, yakni perbatasan antara dua Korea juga menjadi tujuan wisata dan lokasi itu diminati banyak orang, khususnya dari luar negeri.
Letak kawasan itu di dekat wilayah zona demiliterisasi (DMZ), tidak terlalu jauh dari Seoul, Ibu Kota Korea Selatan. Perjalanan dengan bus selama satu jam lebih dari Seoul menuju daerah Imjingak, lokasi parkir kendaraan.
Di lokasi itu, wisatawan bisa melihat ke beberapa kawasan dari ketinggian, serta beberapa saksi bisu dari perang dua Korea, seperti lokomotif kereta api yang penuh lubang bekas peluru.
Dari Imjingak untuk masuk ke daerah lebih dekat lagi dengan kawasan perbatasan, wisatawan akan naik bus khusus yang telah disediakan.
Para wisatawan asing akan diperiksa paspornya dengan mencocokkan wajah dengan foto pada identitas internasional itu.
Lokasi yang ditawarkan di kawasan tersebut adalah melihat terowongan yang menurut pihak Korea Selatan merupakan sarana untuk infiltrasi pasukan Korea Utara saat perang tahun 1950-an.
Ada empat terowongan yang bisa dikunjungi oleh wisatawan. Sebelum masuk ke terowongan, wisatawan diperlihatkan film sejarah perang memilukan dua negara yang sebetulnya bersaudara itu.
Salah satu adegan yang oleh beberapa wisatawan dianggap sangat menyentuh adalah ketika seorang anak kecil dengan beberapa percik darah menempel di wajahnya dengan menangis.
Si kecil yang saat ini mungkin sudah kakek-kakek atau nenek-nenek itu meratapi tewasnya orang tuanya. Mungkin terkena tembakan peluru atau serpihan granat.
Di lokasi itu, sebuah patung menyimbolkan semangat unifikasi dua Korea. Beberapa orang mendorong bola (bumi) terbelah sebagai representasi Korea Selatan dan Korea Utara. Di lokasi ini biasanya para wisatawan mengabadikan pengalamannya berwisata di daerah bekas perang.
Untuk masuk ke terowongan, wisatawan harus meninggalkan kamera di dalam lemari khusus. Sama dengan di beberapa lokasi sebelumnya, di terowongan ini wisatawan dilarang mengabadikan gambar.
Lorong terowongan yang sudah dibangun itu cukup aman bagi pengunjung. Hanya saja, jalannya menurun sehingga memerlukan perjuangan tersendiri ketika kembali karena menanjak.
"Dora Observatory"
Lokasi lain adalah "Dora Observatory". Di sini, wisatawan bisa melihat kawasan Korea Utara dengan menggunakan teleskop. Cukup memasukkan koin 500 Won (setara Rp5.000) ke alat tersebut untuk melihat negeri seberang.
Hanya saja kalau cuaca mendung, wisatawan tidak akan beruntung karena hanya terlihat kabut.
Di "Dora Observatory" ini wisatawan dibatasi areal memotretnya. Terdapat garis kuning tempat paling dekat mengabadikan momen menghadap ke Korea Utara.
Kita akan menemukan kembali semangat unifikasi dua Korea di tempat ini. Di bagian atas gedung terdapat gambar bendera pasukan perdamaian yang disampingnya tertulis, "End of separation, beginning of unification".
Wisatawan juga dapat menikmati suasana pedesaan di daerah dekat perbatasan itu. Salah satunya bernama Desa Haemaru. Suasananya asri dan rumahnya bagus-bagus.
Kepala Desa Haemaru, Cheong, mengemukakan bahwa meskipun hidup di dekat perbatasan, namun dirinya dengan warganya hidup tentram. Mereka tidak takut lagi dengan perang.
Ia menjelaskan bahwa dirinya ketika masih muda bekerja di Seoul, dan saat ini sudah pensiun. Ia menikmati uang pensiun dan mengurusi warga desa tersebut. Sebagian besar warganya adalah petani, khususnya yang anak-anak muda.
Sung Hee Suk, pemandu wisata, mengatakan kawasan dekat perbatasan ini merupakan wilayah pertanian organik, sama seperti di Pulau Jeju. Karena itu harga produk pertaniannya lebih mahal dibandingkan dengan hasil daerah lain di Korea Selatan.
Maman, warga Indonesia yang lama tinggal di Korea Selatan mengemukakan bahwa pemerintah Korsel sangat bagus mengelola semua potensi yang bisa menghasilkan.
Bahkan wilayah yang sepintas menakutkan bisa menjadi tujuan wisata favorit, khususnya bagi wisatawan asing.
"Inilah hebatnya Korea Selatan. Indonesia sebetulnya memiliki banyak lokasi wisata bersejarah, tapi mungkin cara mengelolanya yang belum bagus. Orang Korea dan pemerintahannya berprinsip bahwa mereka memiliki sumber daya terbatas. Nah, yang terbatas inilah mereka pelihara betul," katanya.
Menurut dia, Indonesia memiliki potensi besar untuk industri pariwisata ini dari segi sumber daya, karena pilihannya lebih banyak. Kalau Korea Selatan memiliki Pulau Jeju, maka Indonesia memiliki pulau yang lebih indah lagi, yakni Bali.
Wisata sejarah perang di perbatasan dua Korea
Jumat, 8 November 2013 9:20 WIB 1474