Kalangan nelayan di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengharapkan ketersediaan BBM pertalite di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di daerah ini selalu terjaga karena kerap ditemui stok dalam kondisi kosong atau habis.
"Saat ini nelayan kesulitan mendapatkan minyak untuk berangkat melaut," kata Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Mukomuko, Warsiman, dalam keterangannya di Mukomuko, Rabu.
Ia mengatakan hal itu menanggapi keluhan dari kalangan nelayan di daerah ini yang kesulitan mendapatkan BBM jenis pertalite di sejumlah SPBU di daerah ini.
Bagi nelayan yang tidak mendapat BBM di SPBU daerah ini, lanjutnya, maka akan terpaksa tidak melaut. "Yang jelas nelayan kesulitan mendapatkan BBM, kalau tidak ada BBM bagaimana mereka mau melaut," ujarnya pula.
Ia mengatakan, nelayan mulai terasa sulitnya mendapat BBM jenis pertalite sejak harga BBM jenis pertamax naik menjadi Rp15 ribu per liter.
Kalau sebelumnya, katanya, meskipun minyak pertalite sulit didapat tetapi harga pertamax masih murah sehingga nelayan masih bisa mendapat pertalite di SPBU dan tempat usaha eceran minyak.
Sementara itu, ia menyebutkan, nelayan di daerah ini membutuhkan sebanyak 496.305 liter bahan bakar minyak jenis premium atau pertalite dan solar per bulan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar perahu dan kapal guna melaut.
Pemerintah Kabupaten Mukomuko melalui Dinas Perikanan sebelumnya mengusulkan kuota BBM jenis premium dan solar yang dibutuhkan untuk bahan bakar kapal nelayan melaut kepada Pertamina Regional II Palembang.
Ia mengatakan, selama ini hanya ada sebanyak 60.000 liter solar per bulan, dan bahan bakar minyak sebanyak itu hanya untuk nelayan di wilayah Bantal, Kecaamatan Teramang Jaya.
Sedangkan BBM jenis bensin atau premium yang juga dibutuhkan oleh nelayan di daerah ini belum ada sampai sekarang sehingga disampaikan usulan sesuai kebutuhan nelayan tersebut.