Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia Angga Wirahmadi menyampaikan bahwa berdasarkan hasil penelitian berupa sistematik review kepada 40 ribu remaja ditemukan bahwa masalah mental dan perilaku meningkat dua kali lipat saat pandemi.
“Ternyata dari 40 ribu anak tersebut masalah mental dan perilakunya meningkat 2 kali lipat saat pandemi. Masalah mental yang sering terjadi adalah depresi dan kecemasan,” ujarnya dalam bincang daring Tanyai IDAI di Instagram Live IDAI_IG, Jumat.
Angga menyampaikan penelitian tersebut berupa sistematik review yang merupakan kumpulan dari berbagai penelitian yang mencakup 40 ribu remaja usia 13-17 tahun di China, Amerika Serikat, Kanada, Jepang dan Filipina.
Kecemasan yang dirasakan para remaja terkait dengan akhir dari masa pandemi, kekhawatiran anggota keluarga tertular COVID-19, hingga kecemasan terhadap kondisi ekonomi selama masa pandemi.
Untuk menjaga kesehatan mental remaja selama masa pandemi COVID-19, Angga menyarankan orang tua untuk menjaga kesehatan fisik remaja dengan makanan sehat dan bergizi dan tidur yang teratur. Kedua, orang tua harus memaksimalkan fungsi keluarga agar kehadiran para remaja merasa dihargai di dalam keluarga.
“Libatkan dalam kegiatan, ketika remaja membersihkan kamarnya sendiri ya kita puji biar dia merasa berharga. Kalau si anak merasa berharga, maka dia akan terjauh dari masalah mental,” ujarnya.
Cara ketiga adalah meningkatkan keterampilan anak, baik akademik dan non-akademik. Sehingga anak merasa memiliki keunggulan, mempunyai citra yang baik, mempunyai peran terhadap lingkungan dan merasa dirinya berharga untuk hidup. Sedangkan cara terakhir adalah mengajak anak untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan beribadah.
“Diharapkan dengan melakukan demikian, dijauhkan kita dari masalah mental dan berperilaku,” tuturnya.
Lebih lanjut Angga menyampaikan bahwa orang tua harus memperhatikan tiga aspek untuk mengetahui masalah mental dan perilaku remaja. Pertama, aspek biologis berupa bawaan diri dari remaja seperti kesehatan fisik, aspek psikologis dan aspek lingkungan seperti lingkungan rumah, pertemanan dan tempat remaja melakukan aktivitas.
Sejauh ini, tidak ada penelitian yang berhasil menemukan aspek yang paling berperan dalam memicu masalah mental dan perilaku remaja. Oleh karena itu, para orang tua diharapkan untuk mengevaluasi ketiga aspek tersebut agar remaja terhindar dari masalah mental dan perilaku.
“Sehingga, ketika kita menemukan masalah mental pada remaja, kita harus mengevaluasi masalah pada tiga aspek tersebut,” ucap dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Masalah mental remaja meningkat dua kali saat pandemi