Jakarta (ANTARA) - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) terus melakukan pemantauan keberadaan titik api di wilayah-wilayah rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Pemantauan kami terhadap ancaman karhutla kami lakukan sepanjang tahun, setiap hari,” kata Asisten Kapolri Bidang Operasi (Asops) Irjen Pol. Agung Setya Imam Effendy kepada ANTARA saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.
Pada tahun 2023 iklim di Indonesia lebih kering dibanding tahun sebelumnya, hal ini diprediksi berpotensi meningkatnya kejadian kebakaran hutan dan lahan di Tanah Air.
Jenderal bintang dua itu menyebutkan, Polri memiliki strategi dalam menangani karhutla dengan baik, salah satunya adalah secepat mungkin mendeteksi keberadaan titik api dari ukuran api masih kecil.
“Karhutla akan dapat ditangani dengan baik bila api yang masih kecil sudah dipadamkan,” katanya.
Selain itu, kata Agung, dalam menangani kebakaran hutan, Polri juga didukung dengan penggunaan teknologi, seperti teknologi satelit dalam menemukan titik api.
Dengan dukungan teknologi serta kesiapsiagaan tim pemadaman di lapangan menjadi kerja kolaboratif yang baik dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan meluas.
“Pemanfaatan teknologi satelit untuk menemukan hot spot dan memadamkan dengan cepat adalah kolaborasi pemanfaatan teknologi dan tim pemadaman yang selalu siaga,” kata mantan Kapolda Riau itu.
Tidak hanya itu, upaya mencegah karhutla juga membutuhkan kerja sama pihak, baik itu masyarakat dan pemangku kepentingan terkait, menemukan titik api dan memadamkan saat masih dalam kondisi api kecil mencegah kebakaran hutan lebih luas.
“Polri didukung masyarakat dengan memanfaatkan sistem dan teknologi yang terus bekerja, sehingga dapat memadamkan karhutla dengan cepat dan efektif pada saat api masih kecil,” kata Agung.
Pada rilis akhir tahun Sabtu (31/12) lalu, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo mengatakan penanganan karhutla menjadi salah satu prioritas Polri, karena mendapat atensi dari Presiden Joko Widodo agar dapat ditangani bersama-sama dengan baik.
Sigit menyebut, kejadian karhutla di tahun 2022 mengalami penurunan baik dari segi jumlah luasan yang terbakar, termasuk dalam penyelesaian perkara karhutla.
Berdasarkan catatan kepolisian, jumlah kejadian karhutla sebanyak 111.472 titik api, turun 11.001 titik api atau sembilan persen dibanding tahun 2021 yakni sebanyak 122.473 titik api. Begitu pula dampak akibat karhutla mengalami penurunan 408 hektare atau 58 persen dari tahun 2021. Tahun 2022 luas lahan yang terbakar 386 hektare, sedangkan tahun 2021 seluas 794 hektare.
Begitu pula dengan penegakan hukum karhutla, jumlah kejahatan turun 93 perkara atau 60 persen di mana tahun 2022 ada 62 perkara dan tahun 2021 sebanyak 155 perkara. Sedangkan untuk penyelesaian perkaranya, di tahun 2022 sebanyak 47 perkara, dan 99 perkara di tahun 2021, artinya turun 52 perkara atau 52,5 persen.
Dalam upaya pencegahan karhutla, Polri melakukan sosialisasi, membangun menara, membangun kanal, kegiatan patroli, melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait dan memantau menggunakan aplikasi ASAP Digital Nasional.
“Kita harus tetap waspada, apabila tidak diawasi secara penuh maka potensi-potensi terjadinya karhutla selalu ada. Oleh karena itu, stakeholders terkait setiap saat selalu melakukan pengawasan, termasuk kami memanfaatkan aplikasi ASAP Digital Nasional untuk melakukan monitoring,” kata Kapolri, Sabtu (31/12).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Polri terus pantau titik api cegah peningkatan Karhutla 2023