Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Bengkulu mengungkapkan, kenaikan harga cabai menjadi penyebab utama lonjakan inflasi di daerah itu pada November 2014
"Pada umumnya di berbagai wilayah di Indonesia terjadi kekeringan, termasuk di Provinsi Bengkulu, hujan baru turun pada pertengahan Oktober," kata Manajer sekaligus analis BI Perwakilan Provinsi Bengkulu, Sarwoto di Bengkulu, Kamis.
Dia mengatakan kekeringan yang terjadi membuat sejumlah sentra hortikultura di daerah itu mengalami gagal panen sehingga berdampak pada ketersediaan bahan pangan untuk triwulan III 2014.
"Terutama cabai, padahal selalu dibutuhkan oleh masyarakat, bahkan harganya mencapai Rp100.000 lebih, hal ini sangat mempengaruhi laju inflasi di Bengkulu," kata dia.
Sementara kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 18 November 2014, hanya menyumbang sedikit inflasi di Bengkulu.
"Tetapi pengaruhnya terhadap inflasi dalam bentuk tidak langsung, BBM lebih mendorong peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat dan berdampak pada kenaikan harga komoditas," katanya.
Menurut dia, pemerintah daerah diharapkan melakukan penguatan sektor pangan, apalagi provinsi tersebut sudah memasuki musim hujan.
Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dodi Herlando mengatakan angka inflasi sangat dipengaruhi oleh harga bahan makanan di daerah itu, bahkan jauh lebih besar dibandingkan daerah lain.
"Kalau di daerah lain bahan pangan hanya mempengaruhi sekitar lima persen, di Bengkulu pengaruhnya mencapai 20 persen," kata dia.
Pada bulan November 2014, Provinsi Bengkulu tercatat mengalami inflasi tertinggi ke enam dari 82 kota se-Indonesia yakni sebesar 7,97 persen yoy.
"Pada Oktober, Bengkulu tercatat mengalami inflasi sebesar 5,83 persen. Inflasi pada November dipengaruhi oleh empat kelompok pengeluaran, dan yang terbesar yakni kelompok makanan, tercatat 12,01 persen yoy," ujarnya.***2***