ChatGPT dan dilema kecerdasan buatan
Jumat, 28 April 2023 14:41 WIB 1345
Khawatir perkembangan AI yang semakin cepat sehingga mungkin tak bisa lagi dikendalikan dan ditambah aktor-aktor besar dalam bisnis teknologi informasi yang berlomba merangkul lebih karena motif laba, sejumlah kalangan mendesak perkembangan pesat AI agar direm, setidaknya selama enam bulan.
Pada 22 Maret 2023, tokoh-tokoh ini merilis surat terbuka yang ditandatangani 27.567 orang, termasuk CEO Telsa Elon Musk, CEO Apple Steve Woziak, dan profesor-profesor berbagai perguruan tinggi ternama di AS dan dunia.
Mereka bertanya, "Haruskah kita mengotomatiskan semua pekerjaan? Haruskah kita mengembangkan pikiran nonmanusia yang pada akhirnya melebihi dan menggantikan kita? Haruskah kita mengambil risiko kehilangan kendali atas peradaban kita?"
Menurut mereka, AI yang semakin canggih melukiskan perubahan besar dalam sejarah kehidupan di Bumi yang semestinya direncanakan dan dikelola dengan baik
Kenyataannya, perencanaan dan manajemen AI itu tak ada, justru ketika laboratorium-laboratorium AI berlomba mengembangkan dan menerapkan kecerdasan digital yang kian hebat sampai tak bisa dipahami, diprediksi atau dikendalikan oleh siapa pun, bahkan oleh pembuatnya sendiri.
Intinya, ada kekhawatiran bahwa teknologi yang kian cerdas tak saja perlahan menyisihkan umat manusia, tapi juga membuat manusia perlahan tak bisa mengendalikan mesin yang ironisnya diciptakan oleh manusia.
Mungkin kekhawatiran itu didasari oleh skenario-skenario kehidupan masa depan seperti digambarkan dalam film-film seperti "Terminator" di mana mesin menciptakan mesin untuk menyisihkan peradaban dan umat manusia. Namun, jika melihat sudah begitu banyak profesi kerja yang disingkirkan oleh mesin, ketakutan mereka cukup beralasan.
AI memang menawarkan peluang-peluang luar biasa positif kepada umat manusia, tetapi AI juga menciptakan risiko-risiko baru bagi umat manusia.
Kedua hal ini harus dijembatani dengan aturan atau pedoman. Bukan untuk menolak AI yang sudah menjadi kebutuhan zaman, tapi demi membuat semua hal yang positif tidak berbalik merugikan umat manusia dan menghancurkan peradaban.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: ChatGPT dan dilema kecerdasan buatan