Riset yang dilakukan oleh Westminster Foundation for Democracy (WFD) bekerja sama dengan Global Institute for Women Leadership King’s College menunjukkan ada hubungan atau korelasi positif antara kepemimpinan perempuan dan perbaikan kualitas demokrasi. Riset tersebut dikaji lebih dari 500 penelitian empiris di berbagai negara.
Hal ini membuktikan bahwa demokrasi tidak hanya ditandai perhelatan elektoral rutin selama lima tahun saja, tetapi juga menjadi bagian dari sistem nilai untuk membangun suatu sistem politik yang berdasarkan pada prinsip-prinsp kebebasan, dan kesetaraan untuk semua orang.
Tentu saja cawapres yang diusung oleh partai politik yakni perempuan yang memiliki track record baik, memiliki kapasitas dan kapabilitas yang membuat demokrasi di Indonesia semakin sehat, bukan malah sebaliknya membuat demokrasi semakin terpuruk.
Baca juga: Berdayakan masyarakat peduli mangrove rambai
Menghadirkan representasi cawapres perempuan tidak hanya untuk inklusivitas pemilu tetapi juga menjadi kekuatan alternatif demokrasi yang bersih dan efektif.
Partai politik juga perlu berupaya melakukan kaderisasi secara sistematik dan berkesinambungan. Partai dinilai optimal menjalankan kewajibannya tatkala mampu menghadirkan calon pemimpin perempuan berkualitas dan berintegritas ke publik, bukan yang memiliki popularitas tetapi mengaburkan kapasitas.
Fungsi kaderisasi di internal partai sangat penting untuk mengedepankan spirit perubahan dan transformasi generasi yang semakin terbuka agar tidak menghambat kader perempuan untuk ikut berkontestasi secara sehat dan beradab di kepemimpinan nasional.
Hasil Survei
Nama Zannuba Ariffah Chafsoh atau dikenal dengan Yenny Wahid menguat dalam survei dan simulasi pasangan Capres dan Cawapres RI menjelang Pilpres 2024 .
Melalui pemaparan hasil survei yang digelar Dialektika Institute di Surabaya pada Senin (11/9/2023), diperoleh temuan bahwa sebanyak 27,6 persen responden survei memilih nama Yenny Wahid sebagai kandidat Cawapres.
Sementara sebanyak 25,4 persen memilih nama Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan 27,6% responden memilih nama Puan Maharani.
Survei Dialektika Institute dilaksanakan pada tanggal 1-10 September 2023. Survei dilaksanakan dengan metode wawancara melalui telepon dengan melibatkan sampel responden sebanyak 1. 000, tersebar secara proporsional di Provinsi jawa Tengah dan Jawa Timur.
Penentuan sampel dilakukan dengan metode Pemilihan responden dilakukan secara acak sistematis program komputerisasi yaitu dengan memasukkan database nomor telepon yang dahulu pernah menjadi responden survei periode 2013-2023 dengan margin of error 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Populasi responden berdasarkan jumlah penduduk Jateng dan Jatim 57.885.670 jiwa.