Kendati telah memasuki masa pensiun setelah 38 tahun bertugas di Pos PGA Slamet Gambuhan, Sukedi terkadang masih ikut mengamati aktivitas Gunung Slamet karena rumahnya tidak jauh dari pos pengamatan.
Dengan demikian, dia paham jika peningkatan aktivitas Gunung Slamet terjadi hampir setiap lima tahun sekali, dan sering kali oleh masyarakat dikaitkan dengan momentum pemilihan umum, karena hal itu terjadi setiap menjelang pemilu.
Siklus lima tahunan itu terlihat dalam 20 tahun terakhir, karena peningkatan aktivitas Gunung Slamet tercatat pernah terjadi pada tahun 2004-2005, 2008-2009, 2014-2014, 2018-2019, dan pada bulan Oktober 2023 dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada).
Gunung Slamet memiliki sifat dan karakteristik yang tenang, tetapi menghanyutkan. Hal itu harus diketahui dan dipahami oleh semua pihak. Artinya, sepanjang sifat dan karakternya tidak berubah, jika terjadi letusan freatik dan magmatik, letusan Gunung Slamet itu masih sama dengan letusan yang terjadi lima tahun sebelumnya.
Tetapi bisa menghanyutkan ketika tingkat aktivitasnya sampai ke Level III atau Siaga. Sebab, dapat dipastikan akan ada suara dentuman yang bisa menghebohkan masyarakat sekitar seperti yang terjadi pada tahun 2014. Gunung Slamet besar dan tinggi, maka suara dentumannya menggema dan menggemparkan masyarakat sekitar.
Bahkan, pada tahun 1987-1988, Gunung Slamet juga mengeluarkan suara dentuman seperti halnya pada tahun 2014 saat tingkat aktivitasnya dinaikkan ke Level III.
Gunung Slamet merupakan gunung terbesar di Pulau Jawa dan tertinggi kedua di Jawa setelah Gunung Semeru yang berada di Jawa Timur.
Saat tingkat aktivitasnya dinaikkan ke Level III (Siaga) pada bulan Maret-Agustus 2014, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet diikuti erupsi yang menghasilkan material abu dan lontaran material pijar di sekitar kawah (tipe letusan strombolian). Bahkan, suara dentuman dari Gunung Slamet saat itu dilaporkan terdengar hingga wilayah Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.
Terkait dengan kondisi Gunung Slamet itu, masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada serta mengikuti arahan dan petunjuk dari PVMBG.
Masyarakat sekitar Gunung Slamet tetap dapat melakukan aktivitas seperti biasa tetapi tidak boleh naik ke puncak dalam radius 2 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
Fenomena peningkatan aktivitas yang dialami Gunung Slamet merupakan faktor alam. Tanda awal peningkatan aktivitas Gunung Slamet memang sudah cukup lama, melalui gempa-gempa tremor, gempa-gempa embusan.
Gunung Slamet kini terbangun dari "tidur" panjangnya untuk sekadar melepaskan energi setelah sekian lama "tertidur" dalam status Normal atau Level I.
Peningkatan status aktivitas vulkanik Gunung Slamet itu diharapkan hanya sampai di Level II (Waspada) dan tidak sampai ke Level III (Siaga), atau bahkan hingga Level IV (Awas). Meski demikian, semua pihak tetap harus waspada.