Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan bahwa pihaknya tetap berpegangan dengan multi pathway untuk memasuki era transisi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 di Indonesia.
Oleh karena itu, pabrikan terbesar di Indonesia ini memiliki line up yang cukup lengkap untuk menghasilkan kendaraan yang ramah dengan lingkungan, mulai dari Hybrid, Plug-in Hybrid, elektrik hingga hidrogen sekalipun.
“Kalau Toyota siapkan teknologi macam-macam sampai dengan yang rumit, karena kondisi di setiap negara itu kan beda-beda dan energinya juga beda-beda. Toyota akan berikan semua opsi yang ada dan tidak pernah memaksakan,” kata Bob Azam di Yogyakarta, Rabu (08/11).
Menurut dia, Indonesia memiliki potensi yang cukup banyak untuk kebutuhan industri otomotif masa depan, tidak hanya nikel. Sumber Daya Alam yang tidak terhitung membuat Indonesia memiliki potensi yang cukup gemilang untuk kebutuhan otomotif ke depannya.
Kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT) hidrogen misalnya, Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai contoh, Indonesia memiliki potensi EBT hidrogen yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang banyak tersebar di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Papua.
Bahkan, pemerintah juga mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi listrik dari EBT dengan kapasitas 3.000 gigawatt (GW) dan potensi tersebut baru dimanfaatkan hanya sekitar 12,5 GW saat ini.
“Kita juga bawa hybrid untuk teknologi ke depan dan termasuk sekarang hidrogen yang akan kita edukasi ke masyarakat,” ujar dia.
Salah satu kendaraan yang sudah mengadopsi hidrogen dari Toyota adalah Mirai. Kendaraan ini disebut sebagai salah satu leader teknologi hidrogen, Toyota Motor Corporation (TMC).
Toyota Mirai yang mulai diproduksi secara massal pada 10 tahun lalu tepatnya di tahun 2014. Toyota Mirai merupakan kendaraan berbasis Fuell Cell Electric Vehicle (FCEV) yang tidak lagi mengandalkan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Untuk itu, Toyota Indonesia percaya harus ada solusi yang praktis dan berkelanjutan dengan menggabungkan berbagai pilihan dan teknologi seperti LCGC, flexy engine, HEV, PHEV, BEV, hingga hidrogen yang pada akhirnya menyesuaikan kebutuhan konsumen yang beragam.
“Toyota Mirai kini dapat disaksikan secara langsung di xEV Center yang merupakan fasilitas pembelajaran dan pengembangan kapabilitas elektrifikasi serta energi hijau milik PT TMMIN,” tuutp Bob Azam.
Oleh karena itu, pabrikan terbesar di Indonesia ini memiliki line up yang cukup lengkap untuk menghasilkan kendaraan yang ramah dengan lingkungan, mulai dari Hybrid, Plug-in Hybrid, elektrik hingga hidrogen sekalipun.
“Kalau Toyota siapkan teknologi macam-macam sampai dengan yang rumit, karena kondisi di setiap negara itu kan beda-beda dan energinya juga beda-beda. Toyota akan berikan semua opsi yang ada dan tidak pernah memaksakan,” kata Bob Azam di Yogyakarta, Rabu (08/11).
Menurut dia, Indonesia memiliki potensi yang cukup banyak untuk kebutuhan industri otomotif masa depan, tidak hanya nikel. Sumber Daya Alam yang tidak terhitung membuat Indonesia memiliki potensi yang cukup gemilang untuk kebutuhan otomotif ke depannya.
Kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT) hidrogen misalnya, Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai contoh, Indonesia memiliki potensi EBT hidrogen yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang banyak tersebar di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Papua.
Bahkan, pemerintah juga mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi listrik dari EBT dengan kapasitas 3.000 gigawatt (GW) dan potensi tersebut baru dimanfaatkan hanya sekitar 12,5 GW saat ini.
“Kita juga bawa hybrid untuk teknologi ke depan dan termasuk sekarang hidrogen yang akan kita edukasi ke masyarakat,” ujar dia.
Salah satu kendaraan yang sudah mengadopsi hidrogen dari Toyota adalah Mirai. Kendaraan ini disebut sebagai salah satu leader teknologi hidrogen, Toyota Motor Corporation (TMC).
Toyota Mirai yang mulai diproduksi secara massal pada 10 tahun lalu tepatnya di tahun 2014. Toyota Mirai merupakan kendaraan berbasis Fuell Cell Electric Vehicle (FCEV) yang tidak lagi mengandalkan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Untuk itu, Toyota Indonesia percaya harus ada solusi yang praktis dan berkelanjutan dengan menggabungkan berbagai pilihan dan teknologi seperti LCGC, flexy engine, HEV, PHEV, BEV, hingga hidrogen yang pada akhirnya menyesuaikan kebutuhan konsumen yang beragam.
“Toyota Mirai kini dapat disaksikan secara langsung di xEV Center yang merupakan fasilitas pembelajaran dan pengembangan kapabilitas elektrifikasi serta energi hijau milik PT TMMIN,” tuutp Bob Azam.