Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengimbau masyarakat tidak bertindak anarkis usai terjadi perusakan resor di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) setelah terjadi konflik harimau dan warga di Lampung Barat.
Menjawab pertanyaan ANTARA di Jakarta, Kamis, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko menyebut masyarakat telah memiliki kesadaran dalam menanggulangi konflik tidak lagi diperbolehkan menyakiti atau melukai satwa.
"Kami berpesan dan menghimbau agar seluruh masyarakat tetap tenang dan tidak bertindak anarkis, bahwa Tim Gabungan lapangan KLHK bersama Pemerintah Daerah, TNI, Kepolisian dan mitra kerja lainnya tetap bekerja untuk segera menyelesaikan persoalan konflik ini," kata Satyawan.
Dia menegaskan bahwa telah diambil langkah cepat usai terjadi konflik harimau dan manusia di Kecamatan Suoh, Lampung Barat yang menewaskan dua orang.
KLHK melalui Ditjen KSDAE telah membentuk tiga tim gabungan dari Balai Besar TNBBS (BBTNBBS) dan Balai KSDA Bengkulu-Lampung sejak akhir Februari 2024 yang terdiri dari tim patroli, tim penangkapan dan evakuasi satwa serta tim pengamanan masyarakat.
Dia menyebut secara prinsip satwa liar dalam hal ini harimau Sumatera yang keluar mendekati areal garapan atau pemukiman manusia dan membahayakan kehidupan manusia harus digiring atau ditangkap dalam keadaan hidup untuk diselamatkan dan dikembalikan ke habitatnya.
Apabila tidak memungkinkan untuk dilepaskan kembali ke habitatnya satwa tersebut dapat dititiprawatkan di lembaga konservasi, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.
"Dalam penanganan konflik manusia dan harimau Sumatera dan atau satwa liar lainnya terdapat Tim Pengamanan Masyarakat yang bertugas menenangkan, memberikan himbauan, dan sosialisasi kepada Masyarakat. Disamping itu terdapat juga Tim Patroli dan Tim Penangkapan dan Evakuasi satwa. Petugas UPT KLHK bersama para pemangku kepentingan lainnya responsif dan hadir di tengah masyarakat," katanya.
Sebelumnya, terjadi pembakaran salah satu resor di TNBBS pada Senin (11/3) oleh masyarakat yang geram akibat konflik antara harimau dan manusia di wilayah setempat yang menyebabkan kematian dua petani. Serangan kembali terjadi pada 11 Maret lalu di wilayah yang sama.