"Seperti yang diketahui, andil belanja pemerintah untuk perekonomian Provinsi Bengkulu itu cukup besar, 9-10 persen, berbeda dengan Jakarta yang tumbuh dari sektor swasta, belanja pemerintah perannya tidak besar," kata Dr Anzori Tawakal di Bengkulu, Selasa.
Sementara Bengkulu masih bergantung pada sektor konsumsi, sektor konsumsi rumah tangga berperan sekitar 50 persen terhadap perekonomian daerah dan belanja pemerintah sekitar 10 persen.
"Sektor swasta (investasi) belum begitu tumbuh di Bengkulu, oleh karena itu yang menjadi andil pertumbuhan ekonomi harus benar-benar dimaksimalkan. Belanja pemerintah itu akan menyerap komoditas lokal, menyerap hasil industri dan UMKM lokal, ini akan mendorong juga sektor konsumsi rumah tangga," kata dia.
Setidaknya, kata Anzori pada awal kuartal kedua 2024 ini belanja pemerintah itu sudah dapat terealisasi 20-30 persen. Namun ketika proses tender berbagai proyek pemerintah daerah baru digelar pada kuartal kedua, maka realisasi belanja pemerintah kemungkinan tercepat baru dikucurkan pada kuartal III 2024.
"Atau bahkan baru di kuartal IV 2024, tentu ini akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Bengkulu yang andil belanja pemerintahnya memang cukup tinggi di postur perekonomian Bengkulu," kata dia.
Selain soal belanja pemerintah, Provinsi Bengkulu juga perlu segera menarik investasi bisa segera masuk ke tanah kelahiran ibu negara pertama Fatmawati Soekarno tersebut.
Dengan berkembangnya investasi, perekonomian Bengkulu kata dia ke depannya tentu tidak terlalu bergantung lagi dengan konsumsi rumah tangga dan pemerintah.