Sekretaris Daerah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Abdiyanto, mengajak masyarakat melestarikan budaya dan kearifan lokal berupa membakar tempurung yang disusun rapi di dalam pancang kayu atau disebut "gembing ghimbo" pada malam takbiran.
Abdiyanto di Mukomuko, Senin, mengatakan, pembakaran tempurung "gembing ghimbo" dalam rangka melestarikan budaya dan kearifan lokal yang dimiliki Mukomuko agar tidak sampai punah.
"Jadi kita imbau pemerintah desa melalui kecamatan untuk memasang tempurung 'gembing ghimbo' itu minimal lima buah setiap desa, dan kalau bisa setiap rumah itu lebih baik," katanya.
Ia mengatakan, karena sejatinya budaya daerah ini harus sama-sama dilestarikan oleh seluruh warga masyarakat di daerah ini, di mana pemerintah mendukung pelestarian budaya ini.
"Kalau kita tanya orang tua, makna pembakaran tempurung 'gembing ghimbo' salah satu wujud tanda syukur kita akan memasuki Hari Raya Idul Fitri," ujarnya.
Selain itu, katanya, ada sebuah pelajaran bahwa di situ ada api yang menyala dan membara-bara menunjukkan sebuah semangat baru yang tentu diharapkan dapat diimplementasikan di dalam mengisi pembangunan.
Kemudian, katanya, terus semangat mengisi pembangunan tanpa harus redup akibat tantangan yang dihadapi.
"Beda kalau kita pasang obor, kalau obor ditiup angin mati, kalau gembing ghimbo tidak mudah mati karena yang dibakar tempurung," ujarnya.