Pihak BKSDA Bengkulu melalui Petugas Pos Air Hitam menindaklanjuti kemunculan buaya yang mendadak menyerang warga Desa Padang Gading, Kabupaten Mukomuko saat mencari ikan di Sungai Air Hitam.
"BKSDA sudah menindaklanjuti itu yang pertama petugas mengecek tempat kejadian peristiwa (TKP)," kata Petugas Pos Air Hitam KSDA Resor Mukomuko Rasidin saat dihubungi dari Mukomuko, Jumat.
Baca juga: Warga Mukomuko luka parah diserang buaya saat cari ikan
Baca juga: Warga Mukomuko luka parah diserang buaya saat cari ikan
Ia mengatakan hal itu setelah seorang warga Desa Padang Gading, Kecamatan Pondok Sungai Rumbai bernama Mudioyono (35) terluka parah di sekujur tubuhnya setelah digigit buaya saat mencari ikan di aliran sungai Air Hitam, Kamis (1/8).
Kemudian, katanya, korban telah dikunjungi untuk melihat keadaannya. Korban ini mengalami luka gigitan di bagian dada dan punggung, lalu luka goresan di bagian punggung.
Pihaknya juga mempertanyakan bagaimana kronologis kejadian warga tersebut sampai diserang oleh buaya di Sungai Air Hitam.
Baca juga: BKSDA pasang dua perangkap untuk tangkap buaya di Mukomuko
Baca juga: BKSDA pasang dua perangkap untuk tangkap buaya di Mukomuko
Terkait dengan peristiwa konflik buaya dan manusia tersebut, ia mengatakan, sudah dilaporkan kepada Kepala Resor Mukomuko dan Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu.
Berdasarkan keterangan saksi, korban pergi dari rumah sekitar pukul 08:30 WIB untuk pergi memancing ikan di pinggiran sungai yang perbatasan Desa Air Hitam dengan Desa Padang Gading.
Baca juga: KSDA pasang peringatan "waspada buaya" di sungai Mukomuko
Baca juga: KSDA pasang peringatan "waspada buaya" di sungai Mukomuko
Pada saat sedang memancing tiba-tiba korban di terkam buaya yang muncul secara tiba-tiba. Setelah itu korban pulang sendiri ke rumahnya dan selanjutnya korban dibawa warga ke Puskesmas Retak Mudik untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan medis.
Selanjutnya, katanya, pihaknya di lapangan menunggu perintah dari atasan terkait dengan penanganan konflik buaya dengan manusia.
Sementara itu, ia menyebutkan bahwa ini merupakan korban keempat di wilayah ini dengan rentang waktu tahun 2016-2024.