Pontianak (ANTARA Bengkulu) - Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Prof DR Eddy Suratman punya pengalaman yang tidak terlupakan ketika menjadi nara sumber sebuah seminar tentang perbatasan di Jakarta, beberapa tahun lalu.
"Masih 'sakit hati' kalau ingat tentang itu," kata Eddy Suratman saat membuka pembicaraan sewaktu menjadi nara sumber seminar nasional tentang Pembangunan Ekonomi Perbatasan di Pontianak, Selasa sore.
Ia menuturkan kejadian itu sebelum ia dikukuhkan sebagai Guru Besar di Untan pada tahun 2010. Seperti biasa, seminar tentang perbatasan juga kerap digelar di Jakarta. Sebagai nara sumber dari daerah, ia pun mahfum terkadang harus menempati urutan terakhir saat berbicara di seminar tingkat nasional.
Menjelang waktu pemaparan habis, barulah ia mendapat kesempatan berbicara. Kemudian, dalam waktu singkat, ia lalu menyampaikan berbagai gagasan, pemikiran, saran serta kritik mengenai pembangunan perbatasan dan kebijakan yang ada saat itu.
Namun, bukan dukungan yang didapat. Salah seorang "orang pusat" malah mengatakan, kalau dana triliunan rupiah dikucurkan untuk membangun perbatasan, terutama jalan, siapa yang akan lewat. "Monyet, yang akan lewat?," kata pejabat tinggi itu, kutip Eddy Suratman.
Belum sempat ia menjawab dan beragumentasi, acara itu keburu ditutup. Rasa sakit hati itu pun seketika muncul. Namun ia kini bersyukur karena pemerintah pusat mulai serius memperhatikan perbatasan meski belum terlalu sungguh-sungguh.
"Masyarakat Kalbar harus banyak-banyak bersabar kalau tentang perbatasan," kata Eddy Suratman yang lahir di Sumatera Utara itu.
Siapa pejabat tinggi yang membuatnya sakit hati tentang perbatasan, ia tersenyum saat ditanya.
(T.T011/Z003 22-05-2012 22:04:33