Bengkulu (ANTARA) - Indonesia akan resmi bergabung sebagai salah satu dari sembilan negara mitra organisasi BRICS mulai 1 Januari 2025. Kabar ini disampaikan oleh ajudan kepresidenan Rusia, Yury Ushakov, pada Senin (23/12), mempertegas peran Indonesia di panggung internasional.
BRICS adalah sebuah organisasi internasional yang terdiri dari lima negara dengan pertumbuhan ekonomi besar dan pengaruh global yang signifikan, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Didirikan pada tahun 2009, BRICS bertujuan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi, politik, dan pembangunan di antara anggotanya, sekaligus menjadi poros baru dalam tatanan dunia multipolar. Organisasi ini juga berfungsi sebagai wadah untuk negara-negara berkembang dalam memperkuat posisi mereka di kancah internasional, menghadirkan alternatif terhadap dominasi negara-negara Barat.
Adapun selain Indonesia, delapan negara lain yang juga menyandang status negara mitra BRICS adalah Belarus, Bolivia, Kazakhstan, Thailand, Kuba, Uganda, Malaysia, dan Uzbekistan. Keputusan ini diambil setelah BRICS menerima 35 pengajuan keanggotaan dari berbagai negara.
"Menjelang KTT BRICS di Kazan, kami menerima 35 pengajuan keanggotaan BRICS. Salah satu hasil terpenting dari KTT tersebut adalah pembentukan kategori 'negara mitra BRICS'," ujar Ushakov dalam konferensi pers sebagaimana dilaporkan Sputnik-OANA.
Baca juga: China tanggapi ancaman Donald Trump atas negara-negara BRICS
Baca juga: China sambut positif keinginan Indonesia bergabung dalam BRICS
Indonesia, bersama delapan negara lainnya, telah menunjukkan kesiapan untuk berkolaborasi sebagai mitra BRICS. Namun, empat negara lainnya yang juga diundang masih belum memberikan respons resmi. Ushakov menambahkan bahwa lebih dari 20 negara lainnya menyatakan ketertarikan untuk bergabung dengan organisasi ini.
BRICS: Poros Baru Dunia Multipolar
Menurut Ushakov, tingginya antusiasme negara-negara Selatan Global dan Timur terhadap BRICS mencerminkan keinginan kuat untuk menciptakan dunia multipolar. BRICS dianggap sebagai kekuatan pemersatu yang mampu melindungi kepentingan negara-negara berkembang di tengah tekanan geopolitik global.
Rusia, sebagai tuan rumah KTT BRICS di Kazan pada Oktober lalu, berhasil mengumpulkan 41 delegasi dari 30 negara serta enam ketua organisasi internasional. Ushakov menyebutkan bahwa pertemuan ini menjadi bukti nyata dari meningkatnya pengaruh BRICS di tengah dinamika politik dunia.
Tekanan Geopolitik Tak Surutkan BRICS
Meski demikian, Ushakov menuduh Amerika Serikat dan sekutunya melakukan tekanan terhadap negara-negara yang diundang ke KTT BRICS untuk menghalangi keterlibatan mereka. Namun, ketertarikan negara-negara lain terhadap BRICS terus meningkat, mencerminkan keberhasilan organisasi ini sebagai alternatif di tengah dominasi kekuatan Barat.
Dengan bergabungnya Indonesia sebagai mitra BRICS, peluang kerja sama ekonomi dan geopolitik yang lebih besar terbuka lebar. Langkah ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci di kawasan dan dunia.
Organisasi BRICS, yang mewakili negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat, kini menjadi simbol perlawanan terhadap ketimpangan global dan sarana untuk membangun dunia yang lebih adil.
Baca juga: Presiden Abbas: Peran BRICS penting demi bela nasib rakyat Palestina
Baca juga: Putin akan kunjungi China
Pakar Brasil sebut BRICS berperan penting promosikan dunia multipolar