Ina-TEWS yang dibuat pada 2008 ini dirancang untuk memberikan peringatan dini tsunami kepada masyarakat sesegera mungkin setelah gempa terdeteksi. Oleh karena itu, para operatornya mesti berpacu dengan waktu memanfaatkan setiap detik yang sangat berarti.
Sampai saat ini sebanyak 600 menara seismometer yang tersebar dari ujung barat Aceh - timur Merauke. Setiap seismometer memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi getaran (seismic) mulai dari yang berkekuatan rendah 1,0 - 5,0 magnitudo atau di bawahnya, sampai yang berkekuatan lebih dari 5,0 magnitudo, sekaligus yang paling berpotensi merusak dengan titik episentrum puluhan kilometer di daratan/bawah laut. Untuk mendeteksi potensi tsunami, dalam sistem Ina-TEWS sudah terintegrasi dengan alat pasang surut air laut berupa tide guage sejumlah 250 unit yang terpasang di dermaga kapal seluruh Indonesia.
Dalam waktu kurang dari dua menit tim di pusat monitoring Ina-TEWS harus dapat menentukan apakah getaran gempa yang terdeteksi berpotensi menimbulkan tsunami dengan analisis yang sangat akurat. Proses ini melibatkan algoritma canggih yang memproses data geofisika, memodelkan skenario penyebaran gelombang tsunami, dan memprediksi waktu serta tinggi gelombang yang akan tiba di daratan.
Baca juga: 12 desa di Indonesia diakui UNESCO berkompeten dalam hadapi tsunami
“Hampir setiap hari Indonesia terjadi gempa dengan jumlah yang bervariasi berkisar antara 2-6 kali dan tidak ada getaran gempa yang terlewatkan. Bahkan yang terkecil sekalipun semua dianalisis dan diinformasikan kepada masyarakat,” kata Muhaimin yang ditemui di kantornya belum lama ini.
Semua yang diterapkan oleh para seismolog operator Ina-TEWS tersebut merupakan hasil evaluasi dari tragedi bencana gempa dahsyat berkekuatan 9,1--9,3 magnitudo dan disusul gelombang tsunami Samudera Hindia yang meluluhlantahkan Provinsi Aceh pada 26 Desember 2004. Peristiwa itu menewaskan lebih kurang 170 ribu warga “Bumi Serambi Mekkah”. Indonesia tidak ingin dampak serupa terjadi kembali.
Oleh karena itu, fungsi mereka adalah memastikan informasi pertama peristiwa gempa bisa segera tersampaikan kepada masyarakat. Hal ini yang belum bisa dilakukan 20 tahun silam karena masih minimnya peralatan pendeteksi bencana kala itu dan sebagian besar masih dilakukan secara analog.
Seiring perkembangan zaman yang bertransformasi ke digital, maka catatan waktu terbaik Indonesia untuk distribusi peringatan dini tsunami saat ini adalah kurang dari tiga menit setelah gempa terjadi. Atau satu menit setelah para seismolog berhasil mendiseminasi data yang terdeteksi sensor Ina-TEWS hingga mendapatkan hasil parameter akurat. Catatan waktu peringatan dini ini jauh lebih baik dibanding 8-10 tahun lalu yang membutuhkan waktu rata-rata 10 menit.
Pemanfaatan gelombang jaringan internet media sosial, pemancar siaran televisi dan radio digital yang dikelola Kementerian Telekomunikasi dan Digital (Komdigi) turut menyempurnakan ketersampaian informasi peringatan dini tsunami dan pendeteksian gempa. Kecepatan waktu ini seharusnya cukup untuk memberikan kesempatan berharga bagi masyarakat lokasi berbahaya untuk segera melakukan evakuasi.
Baca juga: BMKG klarifikasi kabar tsunami di Batam adalah hoaks
“Kami tidak bisa memprediksi gempa, tapi yang bisa kami lakukan adalah mendeteksinya secepat mungkin dan memberikan peringatan untuk mengurangi dampaknya,” kata Muhaimin (47), salah satu seismolog senior BMKG jebolan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta itu.
Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG belum menemukan adanya gempa yang berpotensi tsunami sampai dengan di penghujung tahun 2024 ini. Namun, BMKG mencatat setidaknya sudah lebih dari 17.000 gempa yang terdeteksi melanda Indonesia.
Satu di antaranya digolongkan sebagai gempa bumi berkekuatan sedang dengan dampak paling merusak tahun ini, yaitu gempa 5,0 magnitudo yang mengguncang Kabupaten Bandung - Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hasil diseminasi operator Ina-TEWS mendapati gempa ini dipicu oleh aktivitas Sesar Garsela (Garut selatan) yang berpusat di darat 25 kilometer arah tenggara Kabupaten Bandung.