Jakarta (ANTARA) - Ulama dan pemuka agama Hanan Attaki mengajak seluruh umat Islam di dunia untuk bisa mengusung prinsip keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Menurut dia, tugas manusia di dunia tidak hanya mengajarkan pemanfaatan alam, tetapi juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem demi keberlanjutan bagi generasi mendatang.
"Tuhan sudah mengizinkan manusia untuk mengambil manfaat dari logam dan sumber daya alam lainnya, tetapi ada tanggung jawab besar di balik itu," ujar Hanan Attaki dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Ia mengutip sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang menegaskan pentingnya menanam pohon, bahkan pada saat akhir zaman.
Menurut dia, hadis tersebut merupakan pesan kuat mengenai keberlanjutan dan bagaimana tindakan manusia saat ini dapat memberikan manfaat bagi generasi mendatang.
"Apa yang kita lakukan hari ini mungkin tidak kita nikmati langsung, tetapi bisa bermanfaat bagi generasi setelah kita," kata dia.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa dalam Islam, mengambil manfaat dari alam diperbolehkan, tetapi harus diiringi dengan kesadaran untuk menjaga keseimbangannya.
Hanan menggarisbawahi konsep manusia sebagai khalifah di bumi, yang bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan.
"Kita ini khalifah di bumi, tugasnya bukan sekadar mengambil manfaat dari alam, tetapi juga menjaga keseimbangan dan keberlanjutan. Ini kontrak ekologis antara manusia dan Allah," kata dia.
Hal senada juga terus digaungkan Kementerian Agama melalui konsep Ekoteologi. Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam beberapa kesempatan menekankan pentingnya pendekatan ekoteologi untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam pelestarian alam.
Ekoteologi bisa dipahami sebagai konsep yang membahas tentang interrelasi antara pandangan teologis-filosofis yang terkandung dalam ajaran agama dengan alam, khususnya lingkungan.
"Konsep khalifah dalam Islam menjadi landasan moral untuk mengajarkan siswa menjaga lingkungan hidup. Al Quran dan hadis memberi pesan tegas untuk tidak merusak bumi," ujar Menag.