Bengkulu (Antara) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung memulai proses pembangunan klinik harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae) di kompleks Taman Wisata Alam (TWA) Seblat, di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
"Pembangunan klinik mulai dikerjakan di atas lahan dekat dengan kamp gajah di TWA Seblat," kata dokter satwa BKSDA Bengkulu Erni Suyanti Musabine di Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan klinik tersebut dibangun atas kerja sama BKSDA Bengkulu-Lampung dengan lembaga donor US Fish dan Wildlife Conservation melalui Animal Sanctuary Trust Indonesia (ASTI).
Klinik tersebut akan dilengkapi sejumlah fasilitas, antara lain kandang rehabilitasi, ruang operasi, kandang jepit dan perawatan, laboratorium dan ruang obat dan medis.
Ada pula ruang periksa dan timbang, ruang dokter hewan, ruang perawat dan gudang pakan.
"Fasilitas yang ada sudah mirip dengan rumah sakit, tapi ini khusus untuk satwa liar dilindungi, khususnya harimau Sumatera," kata Erni.
Sebelumnya, Kepala BKSDA Bengkulu-Lampung Abu Bakar mengatakan keberadaan klinik itu untuk menangani satwa harimau korban konflik dengan manusia.
"Klinik ini untuk penanganan satwa harimau korban konflik, terutama akibat terkena jerat pemburu," katanya.
Selama ini kata Abu, harimau korban konflik, ditangani seadanya oleh dokter satwa di BKSDA Bengkulu. Bila tak tertangani akibat minimnya peralatan, satwa terancam punah itu terpaksa dikirim ke Taman Safari di Bogor, Jawa Barat.
Sementara tingkat konflik manusia dengan harimau masih tinggi di wilayah ini dengan jumlah harimau mati akibat konflik pada 2016 sebanyak dua ekor.
"Padahal kita punya tanggungjawab meningkatkan populasi harimau sumatera di alam liar," katanya.***3***