Kota Bengkulu (ANTARA) - Di balik hiruk pikuk Kota Bengkulu, terdapat destinasi wisata alam yang semakin mencuri perhatian wisatawan, baik lokal maupun dari luar daerah. Bukit Kandis di Desa Durian Demang, Kabupaten Bengkulu Tengah, menjadi salah satu tempat terbaik untuk menikmati panorama perbukitan, batuan eksotis, hingga keindahan matahari terbit dan tenggelam.
Bukit ini dikenal dengan kontur bebatuan unik serta tebing-tebing menjulang yang dikelilingi hamparan hijau. Dari puncaknya, pengunjung dapat menyaksikan lanskap Kota Bengkulu dari kejauhan, bahkan panorama Samudra Hindia yang tampak seperti garis biru di ujung cakrawala. Suasana sejuk dan tenang membuat siapa pun betah berlama-lama di tempat ini.
Selain menawarkan keindahan alam, Bukit Kandis juga menjadi daya tarik bagi pecinta olahraga ekstrem. Tebing-tebing curam kerap dimanfaatkan komunitas panjat tebing untuk berlatih. Tak heran, kawasan ini semakin populer sebagai destinasi wisata minat khusus.

Legenda Bukit Kandis
Tidak hanya keindahan alam, Bukit Kandis juga lekat dengan cerita rakyat yang hidup di tengah masyarakat. Menurut legenda, bukit ini dulunya merupakan bagian dari Gunung Bukit Barisan yang terbelah akibat letusan besar. Nama Kandis dipercaya berasal dari kisah seorang putri yang dikutuk menjadi batu. Legenda tersebut hingga kini masih menjadi daya tarik tersendiri, khususnya bagi wisatawan yang gemar cerita mistis.
Secara historis, Bukit Kandis dipercaya memiliki nilai strategis pada masa kolonial Belanda. Beberapa warga menyebutkan kawasan ini dahulu kerap dijadikan tempat persembunyian karena posisinya yang tinggi dan sulit dijangkau. Sisa-sisa cerita masa lalu itu masih hidup dalam ingatan masyarakat, menambah kesan magis sekaligus historis pada bukit ini.
Baca juga: KLHK tinjau lokasi bekas tambang di Bengkulu jadi wisata alam
Baca juga: Diduga diakibatkan puntung rokok, Bukit Kandis terbakar
Selain sejarah, Bukit Kandis juga erat kaitannya dengan tradisi masyarakat sekitar. Setiap tahun, sebagian warga masih melakukan ritual sederhana dengan membawa sesajen sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan penjaga alam. Tradisi tersebut dipercaya sebagai cara menjaga harmoni antara manusia dan alam, sekaligus memperkuat ikatan budaya yang diwariskan turun-temurun.
