Hadapi Kompleksitas Geopolitik Asia Pasifik
Australia kini tengah melakukan restrukturisasi militer terbesar sejak Perang Dunia II, dengan fokus pada peningkatan kemampuan serangan jarak jauh untuk mengantisipasi ekspansi kekuatan militer Tiongkok.
“Sejak berakhirnya Perang Dunia II, inilah lanskap strategis paling kompleks, bahkan paling mengancam, yang dihadapi Australia,” jelas Marles.
Dengan luas perairan mencapai 3 juta km persegi, Australia menilai Ghost Shark sebagai solusi efektif untuk menjaga keamanan laut dengan jumlah personel militer yang terbatas.
AUKUS dan Kritik Global
Selain Ghost Shark, Australia juga tengah menyiapkan kapal selam nuklir bersama Inggris dan Amerika Serikat melalui kerja sama AUKUS. Proyek ambisius ini ditargetkan berjalan selama tiga dekade ke depan.
Namun, AUKUS memicu kritik, terutama di Amerika Serikat. Sejumlah pihak mempertanyakan keputusan menjual kapal selam nuklir ke Australia ketika kebutuhan militer dalam negeri sendiri belum terpenuhi. Pemerintahan Donald Trump bahkan meninjau ulang kesepakatan tersebut agar sejalan dengan agenda America First.
Baca juga: Trump perkuat industri drone di tengah persaingan ketat China
Baca juga: Drone Israel lukai 5 warga Lebanon dekat perbatasan
Meski demikian, pejabat pertahanan Australia tetap optimistis. Investasi besar pada teknologi militer bawah laut, termasuk Ghost Shark, dianggap krusial untuk melindungi kepentingan nasional sekaligus memperkuat posisi Australia di panggung global.
“Dengan Ghost Shark, Australia kini berada di garis depan dunia dalam teknologi militer bawah laut otonom,” tegas Marles.
