Samarinda (ANTARA) - Pakar ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul) Felisitas Defung mengingatkan masyarakat agar mewaspadai risiko dari aplikasi investasi emas digital yang tidak terdaftar secara resmi.
"Apalagi ada aplikasi baru yang jualan emas padahal dia tidak terdaftar di Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi)," ujar Felisitas di Samarinda, Kalimantan Timur, Senin.
Ia menjelaskan bahwa kemudahan teknologi finansial telah mempermudah generasi muda untuk berinvestasi emas secara digital.
Menurutnya, platform digital memungkinkan pembelian emas dalam jumlah kecil yang disesuaikan dengan kemampuan finansial, seperti Rp500.000, tanpa harus membeli satu gram penuh.
"Itu sebuah kemudahan yang luar biasa dari berbagai aplikasi," tambahnya.
Namun, Felisitas menekankan kemudahan itu diiringi risiko penipuan dari platform yang tidak memiliki izin resmi.
Selain risiko legalitas, tren kenaikan harga emas yang signifikan, mencapai 60 persen sepanjang tahun 2025, juga memicu fenomena Fear Of Missing Out (FOMO).
Felisitas mengamati banyak anak muda terdorong berinvestasi karena paparan berita di media sosial yang terus-menerus menampilkan kenaikan harga.
"Secara psikologis muncul pikiran, ini kesempatan bagus, tak mau ketinggalan," jelasnya.
