Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system) untuk memantau potensi bencana di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai langkah mitigasi.
"Dengan kolaborasi antar Kementerian Kehutanan, kemudian BMKG, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Insya Allah kita bisa memprediksi bahwa daerah aliran sungai ini punya potensi terjadi banjir besar, yang di sini sedang, yang di sini kecil," kata Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Rohmat Marzuki dalam konferensi pers di Jakarta pada Jumat.
"Semoga nanti dengan aplikasi itu masyarakat bisa melihat, kemudian kita juga bisa memberikan early warning kepada pemerintah daerah, kepada camat, kepada kepala desa yang memiliki risiko terhadap banjir tersebut," ucapnya.
Dengan adanya aplikasi sistem peringatan dini tersebut, kata dia, akan terpantau kondisi beragam DAS di Indonesia. Dilengkapi dengan pemetaan daerah hulu dan kondisi tutupan lahan serta endapan sedimentasi di sungai-sungai tersebut.
Data itu akan dikombinasikan dengan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk kondisi curah hujan, serta BNPB untuk peringatan kepada masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama Wamenhut menggarisbawahi bahwa banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, mayoritas berada di Areal Penggunaan Lain (APL) yang pemanfaatannya berada di bawah pemerintah daerah.
