Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Sejumlah petani di Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu mempersoalkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara yang diduga menjadi penyebab banjir hingga merendam 15 hektare areal pertanian tanaman palawija di wilayah itu.
"Ada aliran sungai kecil yang dibendung untuk konstruksi PLTU dan itu menghambat aliran air sehingga kebun kami terendam," kata petani palawija Teluk Sepang, Amin di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan sudah bertahun-tahun berkebun tanaman palawija di wilayah itu dan belum pernah mengalami banjir yang parah seperti saat ini.
Ketinggian air yang merendam kebun timun miliknya mencapai 1 meter sehingga buah timun menjadi busuk.
Menurutnya, seluas 15 hektare areal pertanian tanaman palawija di sudut Kota Bengkulu itu dimiliki sembilan orang petani yang sehari-hari mengandalkan pendapatan keluarga dari hasil pertanian.
Ulum, salah seorang petani lainnya mengatakan banjir tersebut membuat bibit sayur-mayur yang ditanamnya rusak dan harus diolah kembali dari awal.
"Kalau begini terus kami akan rugi karena lahan seluas 3,5 hektare ini pasti tergenang air setiap hujan turun," kata dia.
Petani lainnya, Wildan mengatakan banjir kali ini cukup parah sehingga membuat petani mendatangi pihak PLTU dan meminta pemilik proyek itu mengatasi banjir.
Permintaan petani itu malah direspon dengan membuat jalur air baru menggunakan alat berat yang langsung bermuara ke laut lepas.
"Jalur yang dibuat langsung ke laut ini pasti akan berdampak buruk karena abrasi akan cepat menghabiskan daratan ini," tuturnya.
Para petani kata Wildan mengharapkan pengawasan dari pemerintah daerah terkait proyek konstruksi PLTU batu bara tersebut sehingga tidak merugikan masyarakat petani di wilayah itu, bahkan merusak lingkungan.