Jakarta (ANTARA) - Aktor peraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 2012, Donny Damara, dan Teuku Rifnu Wikana pada 2017, ternyata sudah memantapkan pilihannya untuk Pemilihan Umum 2019 yang digelar pada 17 April.
Donny mempertimbangkan rekam jejak kedua pasangan calon sembari memantau ide-ide segar yang ditawarkan melalui debat calon presiden dan wakil presiden yang sudah berjalan.
Pemeran utama film "Guru Ngaji" pada 2018 itu mengatakan sudah menambatkan pilihannya pada salah satu calon yang sudah membuktikan hasil kerjanya.
"Pak Jokowi sudah membuktikan, yang dirasakan oleh saya paling enggak kebutuhan transportasi yang paling gampang. Saya malas nyetir karena ngantuk. Jadi transportasi umum yang paling saya itu," ujar aktor terbaik FFI 2012 berkat film "Lovely Man" itu kepada Antara di Jakarta.
Lain halnya dengan Teuku Rifnu yang sempat merasa galau saat menentukan pilihan, terlebih hal itu menyangkut masa depan Tanah Air hingga lima tahun mendatang.
"Kalau pilihan sudah pasti, sudah mantap. Galau pasti, karena kita ingin memilih yang terbaik, yang paling tepat dari hati kita. Karena pilihan itu ada prosesnya, apakah 01, 02 atau 03, 01 ditambah 02 jadi Persatuan Indonesia," kata dia dalam kesempatan berbeda.
Untuk sampai pada pilihan akhir, aktor terbaik FFI 2017 itu tidak hanya mempertimbangkan pribadi sang calon pemimpin, melainkan orang-orang di sekeliling mereka.
"Sejarahnya menjadi penting. Dari situ kita bisa lihat, untuk menjadi pemimpin negara ini apa yang dibutuhkan seperti apa. Kemudian, orang-orang di sekelilingnya. Apakah orang-orang ini layak saya sanjung, saya nilai sebagai orang yang berperilaku adil ke rakyat. Kalau itu tidak dimiliki dan menurut saya tidak baik, ngapain (dipilih)," papar dia.
Kendati begitu, Donny maupun Rifnu tak masalah jika nantinya pasangan calon bukan pilihan mereka yang memimpin Indonesia hingga lima tahun mendatang.
"Kita mau Indonesia yang terbaik, disegani negara-negara tetangga. Pasti Pak Jokowi ataupun Pak Prabowo kalau jadi (presiden) pun maunya Indonesia jadi superior, at least di Asia Tenggara lah," kata Donny.
Keduanya berharap Pilpres tahun ini berjalan damai, masyarakat tak mudah tersulut amarah oleh kedua belah pendukung pasangan calon dan tetap bersatu menjali persaudaraan demi mencapai Indonesia yang lebih baik.
Untuk para pemilih pemula, penyanyi Oppie Andaresta dalam kesempatan berbeda pernah mengatakan pentingnya banyak membaca referensi kedua pasangan calon, sembari membuka lebar hati nurani.
"Jangan tutup mata dan hati nurani. Mainkan jempol untuk lihat sosmed, tapi hati nurani harus dihidupkan," kata dia dalam sebuah diskusi bertajuk "Ngrumpi Kebangsaan Generasi Milienial" di Jakarta belum lama ini.
Terjun berpolitik
Donny dan Rifnu memiliki jawaban berbeda ketika ditanya ketertarikannya terjun ke dunia politik seperti beberapa kolega mereka. Rifnu secara tegas menolak sementara Donny membuka peluang itu.
Rifnu mengaku sudah mendapat tawaran dari beberapa partai politik sejak tahun 2010. Namun, karena merasa politik bukan dunianya, dia bersikukuh menolak tawaran hingga saat ini.
"Dunia (politik) itu sangat berjarak dengan saya. Ada sekitar 4-5 kali tawaran (parpol). Saya tolak. Saya bilang sekarang saya sudah merdeka di dunia saya. Masa saya disuruh berperang di dunia yang saya enggak pernah ditempatin. Saya enggak akan mau," ujar dia yang pernah mengambil jenjang pendidikan di jurusan Planologi itu.
Bagi Rifnu, kenyamanan orang-orang di sekitar atas profesinya sebagai seniman menjadi prioritas. Dia tak rela kalau harus mengorbankan banyak hal demi dunia politik.
Sementara itu, Donny pernah mencicipi dunia politik. Beberapa waktu lalu dia sempat menjabat sebagai tenaga ahli fraksi untuk Komisi IV DPR RI. Dia mengatakan berencana melanjutkan pekerjaannya itu di masa mendatang.
Kemudian, mengomentari kolega sesama seniman yang terjun ke dunia politik, baik Donny maupun Rifnu sepakat tak mempermasalahkannya. Bagi mereka hal ini sah-sah saja asalkan para seniman ini amanah sesuai janji kampanye mereka.
"Menurut saya setiap partai untuk merekrut public figure sah-sah saja. Sebagai vote gather-kah atau akan duduk (di kursi parlemen). Yang penting mereka terus membimbing, tugas legislasi, pemerintah seperti apa, jadi jangan dilepas sebagai vote gather saja tetapi mereka enggak bersuara. Yang penting selain kaderisasi adalah persisten, berkesinambungan," kata Donny.
"Itu sah-sah saja ketika seniman terjun ke politik. Tetapi jangan sampai dia melupakan tujuan awal. Kan banyak orang yang melupakan, berjanji di awal tiba-tiba duduk di tempatnya lalu lupa. Itu yang bahaya" tutur Rifnu.
Makna berbeda
Pesta demokrasi memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang, begitu juga dengan para selebritas tanah air seperti Ernest Prakasa, Yuki Kato dan Titi Kamal yang mengutarakan pendapat mereka tentang pemilu raya.
Jelang 17 April, perbedaan pendapat antara pendukung kedua pasangan calon presiden semakin sengit di media sosial. Sebagai publik figur, Ernest sangat berhati-hati dalam menulis pendapat mereka tentang pemilu untuk menjaga agar tidak ada yang tersinggung.
"Makanya beberapa bulan terakhir saya mulai mengurangi Twitter karena di Twitter gila, gampang kepancing soalnya, bawaannya pengin kayak ikut berantem. Saya udah sering bermasalah sama netizen karena kepancing terus," kata sutradara "Cek Toko Sebelah" itu kepada Antara.
Sedangkan Yuki Kato berpendapat bahwa pilihan presiden baiknya tidak diumbar di media sosial. Pemain film "Operation Wedding" itu mengaku sudah memiliki satu nama untuk pemilu nanti, namun dia memutuskan untuk menyimpannya dalam hati.
"Pas nyoblos kan privat ya. Kalau diumbar-umbar pilihannya apa, ya ngapain ada di bilik itu. Kayaknya ya sudah enggak usah pakai bilik aja. Jadi aku lebih pilih ya sudah, I will keep it to myself," kata gadis kelahiran 2 April 1995 itu.
Ernest menilai pemilu presiden 2019 cukup seru apalagi jika presiden yang sebelumnya pernah mencalonkan diri sebelumnya, namun kalah, ternyata berhasil menang. Menurutnya hal tersebut akan menjadi sebuah sejarah baru untuk Indonesia.
"Sepanjang sejarah peradaban manusia yang saya pernah baca, dalam artikelnya belum pernah ada tuh statistik presiden A sama presiden B, B-nya kalah pemilu, tapi berikutnya diadu lagi malah jadi menang. Itu belum pernah terjadi. Nah di Indonesia, apakah itu berulang atau akan terjadi sebuah sejarah baru kita enggak tahu," jelas komika itu.
Sementara itu, Titi Kamal menyerukan pentingnya menyumbangkan suara untuk kemajuan Indonesia. Baginya, momen pemilu tidak boleh disia-siakan apalagi hanya berlangsung lima tahun sekali.
"Apapun itu, siapapun presidennya yang penting menuju Indonesia yang lebih baik dan kalau bisa pemilu berjalan dengan aman, tentram dan damai. Yang pasti jangan sampai golput, kita harus tetap memilih yang terbaik, jangan percaya kata orang, kenali calon presidennya," ujar istri Christian Sugiono itu.
Selebritas yang bersiap rayakan pesta demokrasi
Sabtu, 13 April 2019 20:00 WIB 2196