Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Najih Prastiyo mengatakan kader IMM yang tewas dalam unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), menunjukkan adanya pelanggaran kemanusiaan.
"Ini persoalan kemanusiaan yang hari ini dilanggar oleh aparat di sana," kata Najih di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis malam, di sela aksi solidaritas meninggalnya Immawan Randi.
Baca juga: Membaik, Kapolresta Pekanbaru sempat pingsan saat amankan demo
Dia mengemukakan Randi adalah kader IMM yang aktif di sejumlah organisasi. Almarhum adalah korban kekerasan saat unjuk rasa dan meninggal dengan luka bekas peluru di dada.
Atas persoalan itu, dia menyebutkan akan mengupayakan keadilan lewat koordinasi dengan kepolisian dan pihak Muhammadiyah agar terbentuk tim investigasi.
Secara prinsip, tambah dia Kapolri tidak pernah menetapkan prosedur tetap (protap) pengamanan aksi dengan peluru. Kapolda Sultra juga menyampaikan lewat koordinasi dengan Kapolri sudah meniadakan peluru karet.
Baca juga: Aksi di DPRD Sultra, seorang mahasiswa tewas tiga luka parah
"Di pengamanan tadi, tapi kalo di Sultra sudah seperti itu maka kita harus menuntut tindakan kepada Kapolda Sultra. Apalagi hari ini Kapolda Sultra tetap bersikukuh bahwa dia sudah melakukan semuanya sesuai protap," jelas dia.
Akan tetapi, Najih mengatakan apa yang terjadi pada Randi menunjukkan ada sesuatu yang tidak sesuai protap dalam pengamanan unjuk rasa.
"Korban berjatuhan tidak boleh ada lagi. Tidak boleh dengan kekerasan. Pendekatan harus dengan persuasif, pendekatan kultural. Kekerasan hanya akan membangkitkan semangat muda perlawanan mahasiswa seluruh Indonesia," lanjut dia.
Baca juga: Amnesty International: Taktik pengamanan polisi tak jamin keamanan pedemo
Baca juga: Analis AS: Jika saya warga negara Indonesia, saya akan menolak RKUHP
Baca juga: Besok, Jokowi akan temui mahasiswa
Mahasiswa tewas menunjukkan adanya pelanggaran kemanusiaan
Jumat, 27 September 2019 1:04 WIB 2843