Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, pada 2013 mengusulkan pembangunan jalan evakuasi warga dari kemungkinan gempa bumi dan tsunami.
"Sasaran pembangunan jalur evakuasi itu terdapat sebanyak 17 titik seluruhnya berlokasi di Sungai Suci dalam Kecamatan Pondok Kelapa", kata Kepala BPBD Bengkulu Tengah Fairoeszaman di Bengkulu, Sabtu.
Ia mengatakan anggaran yang diusulkan untuk pembangunan jalan evakuasi bencana itu sebesar Rp19 miliar. Anggaran itu antara lain untuk pembangunan jalan, pembuatan lapangan berkumpul, dan sarana pendukung lainnya.
Wilayah Kabupaten Bengkulu rawan gempa dan tsunami karena sebagian besar berupa kawasan pantai, sedangkan lokasi berkumpul masyarakat di kawasan paling tinggi dari permukaan laut.
Selain itu, sarana pendukung BPBD masih sangat minim. Hingga saat ini hanya satu kendaraan operasional, sedangkan bila terjadi bencana tidak mungkin menunggu peralatan dari provinsi.
Bila masing-masing daerah sudah memiliki peralatan sama, saat terjadi bencana petugas dapat menyelamatkan masyarakat, terutama di kawasan pantai dan daerah dataran rendah lainnya.
Peralatan lain yang dibutuhkan adalah dua truk dapur umum, satu alat berat, perahu karet, dan ratusan tenda serta tenaga anggota penanganan bantuan bencana.
Saat ini, terjadi banjir di Kecamatan Taba Penanjung dan tanah longsor di Pematang Tiga dengan jarak berjauhan, sedangkan kendaraan operasional hanya satu unit. Untuk mengatasi kejadian tersebut, petugas menggunakan sepeda motor.
"Bila ada permintaan bantuan bahan makanan, petugas akan lebih repot karena harus mencari sewa truk dan kendaraan kecil untuk mengangkut petugas ke lapangan," katanya.
Staf Ahli Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah Azwar Boerhan mengatakan pihaknya sudah memprogramkan tidak hanya membangun jalur evakuasi bencana, akan tetapi perbaikan seluruh jalan di wilayah itu menjadi prioritas utama.
Jalan desa, kabupaten, dan provinsi di Bengkulu Tengah hingga saat ini dalam kondisi memprihatinkan, sehingga masyarakat kesulitan untuk mengangkut produksi pertanian dan perkebunan mereka.
"Terlebih pada saat musim penghujan," katanya. (Antara)