"Dari total gempa bumi yang terjadi selama 2022 itu, ada sebanyak 807 kali gempa yang dirasakan dan sebanyak 22 kali gempa yang merusak," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam webinar bertajuk Refleksi Gempa Tahun 2022 di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, gempa yang merusak terjadi di Pulau Sumatera (lima kali), Jawa (enam kali), Kalimantan (satu kali), Sulawesi (tiga kali), Maluku-Maluku Utara (tiga kali), dan Bali-Nusa Tenggara (empat kali).
Ia juga mengatakan bahwa sejak Januari sampai Desember 2022 terjadi dua kali gempa yang menyebabkan kematian, yakni gempa dengan magnitudo 6,3 di Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat, dan gempa dengan magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
"Gempa Pasaman Barat M6,3 menyebabkan 25 orang meninggal dunia dan gempa Cianjur M5,6 menyebabkan 334 orang meninggal dunia," katanya.
Daryono mengemukakan bahwa gempa bumi merupakan fenomena yang tidak dapat diprediksi secara tepat kapan datangnya, oleh karena itu langkah-langkah mitigasi harus dilakukan.
Dalam hal ini, ia mengatakan, BMKG menambah jaringan seismograf untuk meningkatkan kapasitas pendeteksian gempa.
BMKG menempatkan tambahan satu seismograf di Jawa Timur, masing-masing dua seismograf di Sumatera dan Kalimantan, serta lima seismograf di Sulawesi.
"Saat ini BMKG mengoperasikan cukup banyak seismograf untuk memonitor gempa di Indonesia. Eksisting saat ini ada 438 seismograf," kata Daryono.
Pada 2023, dia melanjutkan, BMKG akan membangun jaringan seismograf di 12 lokasi guna mendapatkan hasil pengukuran gempa yang lebih tepat dan akurat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia menghadapi 10.792 gempa sejak Januari 2022