Belum seluruhnya pula, jamaah haji asal Indonesia telah kembali ke daerah asalnya. Tidak hanya perasaan gembira yang menyambut mereka kembali kepada keluarganya, tapi juga berbagai problematika yang melanda bangsa.
Sebut saja, polemik soal Panji Gumilang dan Al Zaytun-nya, ditambah dengan isu adanya konferensi LGBT yang akan diadakan di Jakarta, yang kerap didengar oleh telinga kita.
Baca juga: MUI ingatkan pemerintah untuk larang pertemuan LGBT se-ASEAN di Jakarta
Baca juga: MUI ingatkan pemerintah untuk larang pertemuan LGBT se-ASEAN di Jakarta
Keduanya, mungkin hanya segelintir contoh problematika yang ada di Indonesia, yang perlahan tapi pasti, akan terselesaikan oleh ahli di bidangnya.
Pernahkah kita menelaah, siapakah yang hampir selalu ada dalam menuntaskan seluruh problematika yang ada, demi menjaga Indonesia tetap dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika?
Salah satunya adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang sejak didirikan pada 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975, telah banyak berkontribusi dalam menjaga keutuhan Bangsa Indonesia.
Keberadaan MUI yang didirikan sebagai wadah silaturahmi ulama, zuama, dan cendekiawan Muslim dari berbagai kelompok di kalangan umat Islam di Indonesia, sangat mempengaruhi dinamika pergerakan berbagai aspek kehidupan di Indonesia.