Jakarta (ANTARA) - Pengabdian matahari untuk menyinari seluruh makhluk di muka bumi pada hari itu hampir usai. Sinarnya pun perlahan mulai menghilang di bawah garis cakrawala sebelah barat.
Sore itu sekitar pukul 17.00 WIB, di sebuah sawah, di Desa Tebing Batu, Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, tampak seorang petani, Ali, masih sibuk dengan pekerjaannya. Memangkas rumput, berbagai jenis tanaman gulma, yang mengganggu pertumbuhan padinya.
Di sela-sela hamparan tanaman padi yang terbentang di sawah seluas satu hektare itu, terlihat banyak tumbuhan meniran ( Phyllanthus urinaria). . Petani itu pun tanpa ragu mencabuti batang meniran, dan membuangnya begitu saja.
Menurutnya, tanaman yang berbentuk seperti putri malu itu memang tumbuh subur di ujung Borneo, Kalimantan Barat. Meski sudah sering dicabut, dan diberi racun rumput, namun meniran masih saja tumbuh dengan sangat baik di sawah, perkebunan, bahkan pekarangan rumah warga.
Dia menyebut bahwa meniran adalah gulma yang sangat mengganggu tanamannya, lantaran bisa tumbuh di mana saja, sama seperti rumput pada umumnya.
Meniran adalah jenis tanaman yang memiliki bentuk batang bulat tegak lurus, tinggi tanaman kebanyakan dua jengkal orang dewasa, namun juga bisa mencapai satu meter lebih dalam kondisi tanah subur.
Daun dari tanaman ini bertulang menyirip genap, setiap satu tangkai memiliki daun majemuk dengan ukuran yang kecil dan berbentuk lonjong. Bunga tumbuhan ini terdapat pada setiap ketiak daun serta menghadap ke bagian bawah.
Tanaman ini biasanya tidak dipelihara, bahkan dibuang oleh masyarakat lantaran dianggap sebagai gulma dan bisa mengganggu pertumbuhan tanaman lain yang sengaja ditanam dan dipelihara.
Namun, siapa yang menyangka bahwa tumbuhan itu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Termasuk Ali, petani yang hampir setiap hari menemui tumbuhan itu di desanya, sama sekali tidak mengetahui manfaat meniran.
Manfaat meniran
Meskipun selama ini kerap dianggap sebagai gulma, Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) menyebut meniran memiliki manfaat bagi kesehatan terutama untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Ketua Umum PDPOTJI, Inggrid Tania, mengatakan bahwa meniran memiliki segudang manfaat bagi tubuh manusia yang dapat memodulasi sistem imun.
Tumbuhan meniran dengan aktivitas imunostimulasinya relevan digunakan pada penyakit-penyakit infeksi melalui sejumlah senyawa utama yang terkandung di dalamnya yakni flavonoid, filantin, hipofilantin, dan asam galat.
Meniran sudah teruji klinis dapat menyembuhkan beberapa penyakit infeksi seperti influenza, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), tuberkulosis paru, hepatitis B, herpes zoster, varicella, bahkan kandidiasis vagina.
Selain itu juga dapat membantu penyembuhan dan pengobatan darah tinggi, diabetes, batu di sistem saluran dan kandung kemih, memperbaiki fungsi liver, radang dan batu empedu.
Cara kerja dari kandungan tanaman tersebut dengan menstimulasi sistem imun seluler dan humoral yang dapat memodulasi komponen sistem imun, satu diantaranya adalah sitokin proinflamasi.
Sitokin proinflamasi sangat penting untuk mengoordinasikan respon imun yang dimediasi sel dan memainkan peran penting dalam memodulasi sistem kekebalan tubuh.
Komponen ini pada umumnya mengatur pertumbuhan, aktivasi sel, diferensiasi, dan penempatan sel imun ke tempat infeksi dengan tujuan untuk mengendalikan dan memberantas patogen intraseluler, termasuk virus.
Meniran tak melulu harus digunakan ketika seseorang sudah sakit, tetapi juga bisa dikonsumsi saat kondisi badan yang sehat agar semakin memiliki kekebalan yang baik sehingga tak mudah diserang virus maupun bakteri penyebab berbagai jenis penyakit.
Ketika dikonsumsi dalam keadaan sakit, maka meniran dapat berfungsi mempercepat proses penyembuhan dan meredakan gejala dari penyakit itu sendiri.
Oleh karena itu, Inggrid menyayangkan banyak masyarakat belum mengetahui manfaat meniran yang dikategorikan sebagai tanaman liar karena mudah tumbuh di mana saja. “Meniran memiliki segudang manfaat, kalau tumbuh tidak sengaja di pekarangan sekitar, jangan dimusnahkan,” ujarnya.
Meniran bisa dirapikan atau dipangkas, tetapi bukan untuk dibuang begitu saja, melainkan dimanfaatkan dan dikonsumsi sehari-hari, karena baik untuk kesehatan tubuh manusia.
Mengolah meniran
PDPOTJI juga membagikan kiat mengolah sendiri tanaman meniran dari rumah yang kaya akan manfaatnya. Cukup dengan mengambil daun meniran seberat 10–30 gram, kemudian direbus dalam 400 mililiter air yang sudah mendidih selama 15 sampai dengan 30 menit, kemudian siap untuk diminum.
Takaran tersebut berlaku untuk satu kali minum, jika perlu minum dua atau tiga kali dalam sehari maka jumlahnya bisa disesuaikan.
Aturan minum air rebusan ekstrak meniran ini disesuaikan dengan kebutuhan. Jika diminum ketika dalam keadaan sehat maka cukup satu sampai dua kali sehari. Sementara untuk pengobatan atau membantu proses penyembuhan suatu penyakit sebaiknya diminum dua sampai tiga kali dalam sehari.
Selain direbus, pengolahan meniran di rumah juga bisa dilakukan dengan cara diseduh seperti membuat minuman teh. Meniran cukup dimasukkan ke dalam gelas kemudian disiram air mendidih, diamkan selama 15 menit dalam keadaan gelas tertutup.
Dari dua langkah tersebut, merebus meniran menjadi cara terbaik karena air yang dihasilkan lebih kental, dan daya kerja dari ekstrak meniran akan lebih kuat pula.
Di luar negeri, meniran dibuat dengan cara dilarutkan dalam minuman alkohol. Namun cara tersebut tidak lazim digunakan di Indonesia, karena mayoritas penduduk muslim melarang atau mengharamkan minuman beralkohol.
Tidak hanya daun, semua bagian tanaman dari meniran bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan tubuh. Jenis daun terbaik dianjurkan untuk menggunakan daun yang tidak terlalu muda tetapi juga yang belum terlalu tua.
Meniran tidak disarankan untuk dikonsumsi ibu hamil, karena hingga saat ini belum ada penelitian lebih jauh terhadap kelompok tersebut. Penggunaan meniran pada ibu hamil dikhawatirkan dapat memicu keguguran, gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
Manfaat meniran juga telah terbukti melalui berbagai uji klinis yang dilakukan. Satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan pada 2007 oleh Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) terhadap 410 jamaah haji untuk menunjukkan efikasi dari ekstrak meniran, dengan durasi terapi selama 40 hari saat menunaikan ibadah haji.
Dari pemberian ekstrak meniran tersebut, terbukti bisa mengurangi kejadian Influenza-like illness (ILI) sebesar 17,13 persen. Angka penekanan ILI, semakin besar ketika ekstrak meniran dikombinasikan dengan multivitamin, yakni mencapai 36,2 persen.
Selain itu juga teruji secara klinis pada terapi suportif pengobatan infeksi virus Varicella zaster di Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang pada Juni 2004 lalu. Sebanyak 60 pasien yang terinfeksi penyakit varicella usia 14 sampai dengan 60 tahun, baik laki-laki maupun perempuan diberikan menriran dengan durasi terapi selama enam hari.
Pemberian ekstrak meniran dikombinasikan dengan asikolovir tiga kali dalam satu hari. Hari kedelapan setelah pemberian ekstrak meniran, keberadaan vesikel, luas lesi, dan keparahan sikatriks yang diderita, cenderung lebih baik dibandingkan pasien yang hanya diberikan obat asiklovir, sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Dengan demikian, banyak manfaat yang terkandung dalam meniran. Tumbuhan ini hidup dengan baik dan menyebar luas di Tanah Air. Hal ini seakan membuktikan bahwa Indonesia adalah negeri yang subur dan kaya akan sumber daya tanaman obat. Jumlah melimpah, mudah didapatkan, dan memiliki segudang manfaat bagi kesehatan manusia.