Selain itu, terdapat juga sistem sirine peringatan di Kota Bengkulu, yang terletak di lokasi Sport Center, kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bengkulu, dan Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Bengkulu. Sistem peringatan ini dalam kondisi baik dan siap digunakan jika terjadi gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami. Sistem ini akan mengeluarkan suara peringatan yang jelas, memberi tahu masyarakat untuk segera mengambil tindakan.
Potensi gempa dan tsunami di Provinsi Bengkulu tidak dapat diprediksi dengan pasti dalam hal waktu dan tempat. Namun, dengan informasi yang akurat, masyarakat dapat lebih siap menghadapi bencana ini. BMKG telah berperan aktif dalam menyampaikan informasi tentang potensi gempa dan tsunami kepada masyarakat. Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi.
Dengan informasi yang diberikan, masyarakat diharapkan tidak mudah terpancing oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Mereka juga diminta untuk selalu melakukan konfirmasi dengan pihak BMKG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar mendapatkan informasi yang akurat dan dapat diandalkan.
Gempa bumi dan tsunami dapat dipelajari polanya, tetapi kapan dan di mana lokasi terjadi bencana tersebut tidak dapat diprediksi sebagaimana prakiraan cuaca.
Oleh karena itu, hal yang diperlukan masyarakat di Indonesia adalah mengantisipasi dan melakukan mitigasi bencana alam dengan menyiapkan pelatihan respons bencana, membangun shelter, membangun rumah tahan gempa dan hal-hal relevan lainnya.
Perubahan iklim
Bencana alam adalah hal yang tidak dapat diprediksi waktu dan tempat secara tepat dan presisi. Bengkulu sebagai kawasan cincin api juga memiliki ancaman bencana lain. Pemanasan global adalah faktor lain yang mempengaruhi bencana terutama bencana terkait siklus air atau hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.
Kepala Stasiun Klimatologi Pulau Baai Bengkulu, Klaus Johannes Apoh Damanik, mengungkapkan bahwa perubahan iklim dipengaruhi oleh lingkungan. Permasalahan lingkungan dan perubahan iklim sangat erat kaitannya. Bencana terjadi karena lingkungan tidak sanggup menampung curah hujan yang semakin ekstrem.
Oleh karena itu, mitigasi bencana menjadi sangat penting. Mitigasi bencana adalah pilihan paling masuk akal untuk menekan jumlah kerugian harta dan jiwa akibat bencana alam.
Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) Bengkulu telah aktif dalam melaksanakan pelatihan dan pembinaan untuk menghadapi potensi gempa dan tsunami. Badan ini siaga 24 jam untuk melakukan evakuasi jika diperlukan seperti bantuan SAR (save and rescue). Basarnas juga secara rutin melakukan pembinaan baik secara fisik maupun teknis terkait pertolongan.