"Sumedang berada di antara sesar aktif yang besar-besar yang sudah kita pelajari dengan baik," kata Peneliti Gempa Bumi BRIN Mudrik Rahmawan Daryono dalam webinar bertajuk Kupas Tuntas Gempa Sumedang yang dipantau di Jakarta, Kamis.
"Magnitudo di atas 6,5 semua. Ini sesuatu yang harus kita waspadai," imbuhnya.
Mudrik menuturkan sesar-sesar aktif yang besar tersebut berada di kota-kota yang sangat penting, seperti Cirebon, Bandung, Jakarta, Karawang, Indramayu, dan lain sebagainya.
Menurut dia, kota-kota vital itu menyimpan energi berupa swarm earthquake maupun foreshocks.
Mudirik mengatakan sesar-sesar besar yang mengapit Sumedang adalah Sesar Baribis Segmen Tampomas yang berada di sisi utara, Sesar Baribis Segmen Ciremai pada sisi timur, Sesar Lembang pada sisi barat, Sesar Cileunyi Tanjungsari dan Sesar Garsela pada sisi selatan.
Sesar Baribis yang menerus dari Surabaya hingga ke sekitaran Jakarta memiliki kekuatan hingga mencapai 7 magnitudo, Sesar Lembang 7,0 magnitudo, Sesar Tampomas berkekuatan 6,7 magnitudo, Sesar Ciremai 1 sebesar 6,6 magnitudo, dan Sesar Ciremai 2 berkekuatan hingga 6,9 magnitudo.
Menurut Mudrik, keberadaan sesar-sesar besar tersebut harus dikaji lebih dalam agar bisa beradaptasi dan memitigasi potensi gempa bumi di masa depan.
Pada tahun 1847, di segmen Tampomas pernah terjadi gempa bumi. BRIN telah melakukan survei morfologi rinci menggunakan drone untuk mengetahui dampak gempa bumi darat tersebut.
Data drone memperlihatkan ada sebuah robekan khas dari sesar aktif yang menimbulkan pergeseran sekitar empat meter. Pergeseran empat meter itu dapat menimbulkan gempa bumi berkekuatan 7,0 magnitudo.
"Jadi di sisi sebelah situ ada indikasi kuat pernah terjadi gempa magnitudo 7," kata Mudrik.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa masyarakat harus bersiap dengan kemungkinan terburuk dengan melakukan mitigasi terhadap ancaman gempa bumi di masa mendatang.