Bengkulu (Antara) - Sejumlah warga Kota Bengkulu mendesak pemerintah kota ini untuk menutup toko waralaba yang beroperasi mulai Desember 2015.
Anggota DPRD Kota Bengkulu, Indra Sukma, di Bengkulu, Senin, menyatakan sejumlah warga yang mendesak penutupan tersebut yakni warga yang memiliki usaha toko kelontong yang berada di sekitar tempat berdiri toko waralaba.
"Mereka mengancam menutup paksa jika Pemerintah Kota Bengkulu tidak menutup waralaba tersebut," kata dia lagi.
Toko waralaba itu, kata Indra, dinilai merugikan masyarakat setempat, karena dengan usaha yang sama terlihat jelas persaingan yang tidak berimbang.
"Jelas harga barang yang dijual di waralaba lebih murah dari toko kelontong, karena mereka mendapatkan distribusi barang langsung dari pusat," katanya lagi.
Hal tersebut pada satu sisi, menurut dia, jelas memperlihatkan kemunduran untuk perekonomian Kota Bengkulu serta masyarakat setempat.
"Kita tidak punya industri, perkebunan atau pertanian di Bengkulu. Jadi masyarakat hanya mengandalkan usaha kecil dan warung kelontong," kata Indra lagi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bengkulu, Bambang Himawan pernah mengatakan bahwa uang keluar dari Provinsi Bengkulu mencapai 80 persen.
"Sedangkan yang masuk tidak lebih dari 20 persen, sehingga akan menjadi lebih sulit dengan adanya perusahaan ritel dan waralaba," kata dia lagi.
Pendirian perusahaan ritel dan waralaba, kata Bambang, memang tidak bisa dibendung. Karena itu, untuk menyikapi dampak negatif bagi perekonomian setempat, pemerintah daerah harus berperan aktif.
"Pemerintah daerah bisa masuk melalui perizinan dan peraturan daerah," ujarnya pula.***3***
Warga Bengkulu desak penutupan toko waralaba
Senin, 18 Januari 2016 16:46 WIB 3693