Bengkulu (Antara) - Puluhan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu menggalang dana dari masyarakat untuk membantu biaya pengobatan Marta Dinata, warga Desa Susup, Kabupaten Bengkulu Tengah, yang terluka tembak saat unjuk rasa menolak pertambangan di desa mereka.
"Kami menggalang dana sebagai bentuk solidaritas karena warga yang tertembak adalah petani yang mempertahankan tanahnya dari perusahaan tambang," kata Ketua BEM Universitas Bengkulu, Angger di Bengkulu, Senin.
Ia mengatakan pengumpulan dana dilakukan para mahasiswa di depan Kampus UMB di Kelurahan Lingkar Timur, Kota Bengkulu.
Setelah terkumpul, dana tersebut langsung diserahkan kepada Marta Dinata yang masih menjalani perawatan di RSUD M Yunus, Kota Bengkulu.
Marta Dinata merupakan satu dari sembilan warga yang terluka tembak saat unjuk rasa menolak aktitivitas pertambangan di Desa Lubuk Unen, Kecamatan Merigi Sakti, Kabupaten Bengkulu Tengah.
Unjuk rasa pada Sabtu (11/6) tersebut berlangsung di kamp perusahaan tambang batu bara milik PT Cipta Buana Seraya yang berencana mengeruk batu bara dengan sistem bawah tanah (underground) itu berakhir bentrok antara warga dengan aparat kepolisian.
Selain Marta Dinata yang mengalami luka tembak di bagian perut, tiga orang warga lainnya yang terpaksa dirawat di rumah sakit karena terluka tembak yakni Badrin, Yudi dan Alimuan.
Sebelumnya, Bupati Bengkulu Tengah, Fery Ramli berjanji akan melunasi biaya pengobatan warga yang terluka tembak tersebut, namun hingga saat ini menurut masyarakat janji tersebut belum terealisasi.
"Semua warga yang dirawat di rumah sakit membayar sendiri biaya pengobatan, jadi tidak benar kalau pemerintah daerah yang melunasi biaya pengobatan," kata Todi, kerabat Marta Dinata.
Termasuk Marta Dinata, kata Todi, mendapat perawatan di RSUD M Yunus Bengkulu dengan menggunakan kartu BPJS sejak dioperasi di ruang IGD dan dipindahkan ke ruang perawatan.***4***
Mahasiswa galang dana untuk korban konflik tambang
Senin, 20 Juni 2016 22:35 WIB 2436